Norma Susanti RM, Mahasiswa Magister Ilmu Kebencanaan Unsyiah
Rumoh Aceh Bagi Ancaman Gempa Bumi dan Banjir

AcehNews.net – Dalam masyarakat Aceh, terdapat banyak pengetahuan lokal terkait dengan kebencanaan. Salah satunya adalah Rumah Adat Aceh (Rumoh Aceh), yang terlihat unik dan etnik.

Rumoh Aceh, berbentuk rumah panggung, terbuat dari kayu dan dipenuhi dengan berbagai ukiran dari dinding hingga tombak layar dan beratapkan daun rumbia. Rumah tradisional Aceh, selain tempat berlindung bagi penghuninya, juga mencerminkan kesiapan dalam menghadapi bencana yang sering terjadi, diantaranya bencana gempa bumi dan banjir.

Kayu sebagai bahan utama, merupakan jenis material ringan, yang dirangkai dari satu bagian ke bagian lain menggunakan sistem saling hubung (tidak terdapat sambungan) dengan menggunakan pasak kayu (bukan paku) yang dibuat melebihi diameter lubang agar terlihat.

Semua bagian saling terhubung dengan sambungan (tameh) menerus termasuk pada arah memanjang (balok thoi), walaupun bentuk kayu yang digunakan tidak berbentuk lurus sempurna. Untuk mengatasi ketidaksempurnaan bentuk tersebut, diatasi dengan tiang (puteng) dan lubang (bara).

Jadi saat puteng masuk dalam bara maka dipastikan posisi rumah sudah tegak dan lurus (sejajar). Tiang penyangga rumah (tameh) diletakkan di atas batu umpak (dulu menggunakan batu kali/sungai yang pipih atau disebut dengan batee keunaleung).

Saat terjadi gempa bumi, seluruh kontsruksi Rumoh Aceh secara bersamaan akan mengikuti gerak searah gerakan gempa dan aman bagi penghuni rumah yang berada di dalam skala tertentu. Gempa yang berkuatan besar, akan membuat goyangan semakin kuat dan akan menyebabkan pasak keluar dari tempat, berakibat tameh dan pondasi umpak menjauh atau bergeser dari tempat semula. Namun mudah untuk dikembalikan pada posisi semula dengan cara memasukkan dan atau membenamkan kembali pasak pada lubangnya dan rumah akan kembali berdiri tegak.

Rumah dengan bentuk panggung juga menjadi strategi masyarakat Aceh yang beradaptasi dengan banjir yang kerap dialami oleh masyarakat, khususnya yang berada di daerah dataran rendah dan karena curah hujan tinggi. Air banjir yang datang dengan cepat dapat mengalir ke tempat yang lebih rendah tanpa terhalang oleh pembatas apapun.

Untuk kebutuhan ini pula, berbagai gedung penyelamatan (escape building), dibangun menyerupai panggung sebagaimana Rumoh Aceh. Sayangnya, masyarakat masih berjarak dengan gedung penyelamatan tersebut walau keberadaannya secara fisik berada dekat atau ditengah perkampungan. Ini menyebabkan gedung tersebut belum dimanfaatkan sebagaimana fungsi yang diharapkan, khususnya saat bencana terjadi.

Proses Penyediaan Bahan yang Ramah dan Berorientasi untuk Penyelamatan Alam

Untuk membangun satu rumah, dibutuhkan sekitar 20-an batang kayu. Untuk penyediaaan bahan baku tersebut, masyarakat Aceh pada masa lalu, melakukan penanaman pohon melebihi jumlah yang dibutuhkan. Pohon yang ditanam tersebut diperhatikan dengan baik untuk menghasilkan batang kayu yang sehat dan memiliki bebas cabang yang besar.

Pohon-pohon itu dipanen pada usia yang cukup dan diwaktu yang tepat yaitu pada musim kemarau dan saat air laut surut. Proses pemotongan atau pemanenan pohon kayu, dilakukan dengan cara sesuai dengan aturan adat untuk menghindari kerusakan alam. Proses pengeringan dan pemeliharaan kayu, juga dilakukan.

Pemerintah Perlu Bersikap
Rumoh Aceh sebagai wujud nyata mitigasi structural masyarakat Aceh terhadap bencana, khususnya gempa bumi dan banjir. Sayangnya pengetahuan ini hanya dimiliki oleh kelompok-kelompok masyarakat tertentu pada suatu masa. Tidak banyak masyarakat pada saat ini, khususnya generasi zaman now, yang memiliki pengetahuan dan pemahaman terkait dengan pengetahuan lokal tersebut.

Padahal dari sisi pengetahuan, beberapa kearifan lokal tersebut telah dikaji para ahli dan terbukti memiliki manfaat besar sebagai salah satu upaya menghadapi bencana. Butuh intervensi pemerintah dalam melakukan penyebaran hasil-hasil kajian tersebut dalam bentuk yang lebih dekat dan diterima oleh masyarakat.

Pemerintah diharapkan mengambil peran penting dan terlibat pada pengembangan ilmu pengetahuan baik melalui regulasi dan anggaran yang memadai, untuk mendukung knowledge managemen khususnya di bidang kebencanaan.

Penyebaran lebih luas menjadi langkah penting yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam managemen kebencanaan agar ada peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat, agar lebih siap saat bencana kembali terjadi dan berdampak pada pengurangan jumlah korban dan kerugian lainnya. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *