Mahasiswa Aceh Barat Kenalkan Kopi Kop kepada Pengunjung  

BANDA ACEH – Mahasiswa asal Kabupaten Aceh Barat yang tergabung dalam ikatan mahasiswa peduli budaya dan tradisi masayarakat Aceh Barat ini ikut mempromosikan cara minum kopi ala masyarakat Aceh Barat tempo dulu. Mereka berharap agar pemerintah di daerah segera meng-hak paten-kan “Kopi Kop” menjadi ciri khas tradisi dan budaya cara minum kopi masyarakat Aceh Barat.

“Kamis sudah mengusulkan ini baik kepada Pemkab maupun instansi tekait tetapi tanggapannya tidak ada, ‘dingin-dingin’ aja, padahal ‘kan di Aceh Barat yang ada kopi kop dan ini kan udah menjadi ciri khas Aceh Barat, tinggal di-hak paten-kan,” kata Aan Risnada Fahlevi (22) mewakili teman-temanya pada even Banda Aceh Coffee Festival 2014 yang digelar Disbupar Kota Banda Aceh dari 18 hingga 20 November di Gedung Sosial.

Jika orang berkunjung ke Meulaboh, ibukota Kabupaten Aceh Barat, pasti menyempatkan diri minum kopi kop Pak Ibrahim karena cuma di warung kopi Pak Ibrahim inilah masyarakat Aceh dapat menikmati kopi kop yang sudah banyak dibicarakan para traveler yang sudah sempat berkunjung ke “Kota Teuku Umar” (julukan untuk Kota Meulaboh).

Di stand mahasiswa Aceh Barat ini, kopi kopi hitam dijual Rp5.000/gelas sedangkan kopi kop sangger dijual Rp7.000/gelas. Keunikan cara penyajian dan menikmati kopi kop yang menggunakan jenis kopi robusta menyedot perhatian pengunjung terutama turis asing.

Salah seorang penikmat kopi Aceh dari Amerika Serikat yang sudah bertugas di Aceh selama 3 bulan, Emily mengatakan kepada AcehNews.net, Selasa malam (18/11) dia bersama teman-temannya sengaja datang ke festival ini ingin menikmati kopi Aceh yang rasanya memang tak kalah dengan kopi di negara asalnya.

“Kopi yang paling saya suka yaitu kopi sangger. Rasanya memang terlalu manis tetapi saya suka dan pas aja rasanya,” kata Emily yang bekerja sebagai schiller internasional humanity foundation di Banda Aceh.

Emily mengatakan, jika di negaranya dia menikmati kopi tanpa gula tetapi ketika dia berada di Aceh dia malah terbiasa menikmati kopi dengan rasa yang lebih manis. “Penyajian kopi di sini memang lebih manis, ya tapi saya suka juga,” kata perempuan yang mengaku sebagai penikmat kopi ini lagi.

Ketika ditanya soal kopi kop, saat itu Emily memesan dan menikmati sangger (kopi susu khas Aceh), perempuan yang bisa berbicara bahasa Indonesia sedikit-sedikit ini mengatakan, penyajiannya sangat unik dan dia baru pertama kali melihatnya. “Unik dan lucu saja,” katanya sembari menyeduh sangger dengan sedotan.

Emily sebelum menikmati sangger kop (kopi susu yang disajikan terbalik) diajarkan salah satu mahasiswa Aceh Barat yang peduli dengan kopi kop, “Tiup dulu, nanti air kopi keluar dari cangkir, baru kemudian disedot dengan pipet,” katanya mengajari Emily yang serius menyimak.

Kopi kop cerita Aan kepada AcehNews.net dulu sejarahnya warung kopi masa dulu di Aceh Barat mengfungsikan strategi perang atau bermain catur. Saat itu masyarakat menikmati kopi dengan cara gelas dibalikan, jika tidak menurut kepercayaan mereka kopi akan asam.

“Dulu nikmati kopi kop tidak pakai sedotan tetapi pakai bambu halus yang fungsinya sama untuk menyedot kopi agar bisa dinikmati dalam kondisi gelas terbalik. Perkembangannya sekarang sudah memakai sedotan, tetapi sedotan khusus yang tipis bukan yang tebal agar tidak sulit masuk ke celas-celas gelas. Hembus dulu dari luar, setelah itu baru disedot. Kalau tidak bubuk kopi akan keluar,” katanya ikut mengajari.

Dari amatan AcehNews.net, para anak muda asal Aceh Barat yang notabanenya bukan pengusaha warung kopi dan berinisiatif memperkenalkan cara penyajian dan menikmati kopi yang unik di daerah mereka ke pengunjung, ternyata banyak menyedot perhatian dan mencoba ikut menikmati. “Paling banyak sangger nih yang pesan,” kata Yudi, mahasiswa FISIP Unsyiah asal Aceh Barat.

Di Banda Aceh Coffee Festival 2014, selain menyajikan sajian kopi hitam dan sangger juga ada stand-stand yang menjual kue tradisional Aceh yang sering disajikan di warung kopi di Aceh sebagai kue pendamping yaitu salah satunya pulut panggang. Di stand ini pengunjung langsung menyaksikan bagaimana proses pembuatan hingga dipanggang. Pulut panggang disajikan berbagai ukuran kepada pengunjung. (saniah ls)

 

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *