Kisah Wartawan Penyintas Covid-19: “Saya Belajar Menjaga Keluarga dari Pandemi”

AcehNews. Net – “Gitu dikabari hasil PCR positif oleh dokter, saya berusaha untuk tetap santai,” kata penyintas Covid-19, Yuke (39), kepada AcehNews. Net via WhatsApp, Kamis (29/7/2021). Yuke adalah wartawan dan juga seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Kota Padang, Sumatera Barat.

Hasil pendataan AJI Indonesia, sejak Maret 2020 hingga 19 Juni 2021 terdapat 381 pekerja media yang terinfeksi Covid-19, sembilan di antaranya meninggal dunia.

Yuke yang memiliki nama asli Yunisma tak menyangka kini menjadi bagian dari jumlah wartawan di Indonesia yang terkonfirmasi positif Covid-19. Padahal menurutnya, ia termasuk orang yang sangat disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Namun kenyataannya, virus corona berhasil membobol ketahanannya dan hasil PCR, pada 24 Juni 2021, semakin menguatkan bahwa ia memang positif Covid-19.

“Awalnya uda tes swab antigen pada Rabu malam, 23 Juni 2021, sebagai syarat untuk mengikuti fellowship Sejuk, hasilnya positif. Karena biar yakin lagi saya coba tes PCR dan hasilnya tetap positif,” ujar wartawan Harian Singgalang Padang.

Yuke juga merupakan salah satu anggota Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) di Padang, Sumbar. Awalnya ia yang terpapar Covid-19, kemudian anak dan suaminya ikut positif Covid-19.

Di tengah wabah pandemi Covid-19, Yuke mengaku sangat takut terpapar virus Corona. Untuk itu, ia pun ketat menerapkan prokes saat liputan. Tapi satu hari, ia melepaskan masker di kerumunan orang ramai, saat menghadiri undangan pesta pernikahan relasinya.

“Sudah Prokes aja kena Covid juga, apalagi tak Prokes,” kata ibu tiga anak ini penuh penyesalan. Ia pun mengambil hikmah dari semuanya. Dan berusaha tidak menghadiri lagi undangan pesta pernikahan.

“Emang berat hati tidak menghadiri undangan karena sudah diundang, apalagi yang ngundang orang yang dekat dengan kita. Tetapi ya gimana lagi?! Jika pun nanti hadir, tetap pakai masker, tidak lama-lama, dan lansung pulang. Atau kalau bisa nitip aja amplop atau kadonya,” kata wartawan yang juga penulis lepas di media siber topsatu.com.

Sebelumnya menjalani rapid antigen, Yuke ketika itu sedang demam. Ia menjalani swab antigen Rabu malam, (23/6/2021), sebagai syarat untuk mengikuti fellowship Sejuk.

“Waktu itu saya tanya sama dokter saya positif karena Covid atau karena demam, Sebab setelah menyatakan hasil antigen saya positif, dokter itu bertanya apakah saya demam? Atas pertanyaan tersebut saya disarankan dokter untuk jalani PCR dan hasilnya positif,” cerita wartawan yang suka meliput desk kesehatan dan sosial, dimana awal ia mengetahui kalau positif Covid-19.

Hasil positif ini ia sampaikan ke panitia. Dan ia pun gagal mengikuti jadwal kegiatan Sejuk yang berlangsung Jum’at, 25 Juni 2021. Yuke dibiayai panitia mengikuti tes PCR dengan biaya sebesar Rp1,2 juta.

“Hasilnya tetap positif. Dengan berat hati saya sampaikan lagi hasil PCR positif itu ke panitia dan saya batal ikut fellowship Sejuk,” cerita Yuke lagi.

Hasil positif ini ia sampaikan ke kantor media tempat dia bekerja dan meminta izin istirahat selama isolasi. “Saya juga mengumumkan diri positif ke sejumlah grup jurnalis dan RT. Dan Alhamdulillah banyak yang support saya untuk segera sembuh,” kenangnya.

Senam Covid-19, saat menjalani karatina. | Ist


Menurut alumni STISIP YPKMI Padang, support ini memberi semangat baginya untuk segera pulih. “Setelah saya positif suami dan anak-anak langsung jalani swab. Dari sana ketahui anak bungsu juga positif, sedangkan suami dan dua anak lainnya negatif,” kata Yuke.

Selanjutnya ia mengatakan, “dua hari saya isolasi di rumah. Namun karen kurang efektif saya akhirnya memilih isolasi di Komplek Perumahan Nelayan Lubuk Buaya Padang, Sumbar. Di sana pemulihan capat berlangsung karena semua pasien terjaga makan dan aktivitasnya selama di karantina”.

Wartawan yang ngepos di Kantor Gubernur Sumbar ini pun membeberkan aktivitas saat pemulihan, “pagi pasien, olahraga seperti senam. Ini wajib. Kemudian berjemur. Begitu juga sore, pasien juga senam yang dipandu lewat Vidio YouTube. Menu di lokasi karantina beragam setiap hari. Enam kali dalam sehari. Pagi sarapan sehat, seperti bubur kacang hijau, nasi ayam dan lainnya. Jam 10 pun datang kue kotak yg isinya juga menu sehat seperti telur rebus, kue bolu, dan gorengan lengkap dengan air mineral gelas”.

Lanjut Yuke, “siang datang pula nasi kotak dengan lauk beragam. Sore pun begitu, datang sarapan, kue kotak dan makan malam. Begitu seterusnya hingga delapan hari saya di karantina”.

Dua hari baru masuk karantina dua anak Yuke pun dinyatakan positif. Suami dan anaknya yang hasil negatif kembali menjalani swab ulang karena demam dan batuk pasca dia isolasi.

“Saya sempat drop menerima kabar tersebut, karena saat karantina kondisi saya tidak stabil. Saya diare dan magh yang kambuh tiba-tiba,” ujar Yuke lagi.

Dua anak Yuke menjalani isolasi di rumah saja karena tak mungkin ia menjaga tiga anak dengan kondisi yang lagi drop. “Mereka dirawat suami yang akhirnya juga positif terpapar dari dua. Anak pertama dan kedua. Sampai akhirnya saya dua kali negatif, saya pulang dan nyatakan sehat oleh dokter,” ucapnya.

Yuke pulang dengan senang karena bisa kembali berkumpul dengan anak-anak dan suami. Bahagia itu rupanya hanya sesaat, sebab dua anak yang awalnya positif masih saja positif setelah beberapa hari isoman di rumah. Mereka pun menularkan virus kepada ayahnya yang tiga kali swab hasilnya negatif.

“Kami pun bergantian masuk karantina. Dua anak-anak 10 hari di sana. Mereka lebih duluan keluar dari sang ayah yang masih positif ketika menjalani swab kedua dan ketiga setelah swab pertama positif,” demikian cerita penyintas Covid-19 berbagi pengalaman. (Saniah LS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *