Ini Penuturan Dara Aceh Soal Jilbab

“Untuk berpenampilan keren, cantik, dan fashion itu tidak mesti harus melepaskan jilbab,” kata dara cantik bernama Yunita Dewi.

Sore itu terlihat seorang  gadis dengan wajah sumringahnya, sedang asik menikmati keindahan sunset yang hampir senja. Disalah satu taman wisata yang terlatak di sudut kota Banda Aceh. Dengan mengenakan hijab hitam telihat wajahnya begitu anggun dan eleghan sore itu di Hutan Kota Tibang. Ya, dia adalah Yunita Dewi, gadis yang berhijab dalam menjalani aktifitas sehari-harinya.

Memasuki awal 2015 mungkin fashion hijab adalah salah satu hal yang diutamakan bagi sebahagian wanita di Aceh. Seperti Dewi salah satunya, selain untuk menutupi aurat baginya berhijab adalah salah satu fashion yang sangat di utamakan.

Dara kelahiran 17 November ini mengaku mulai menyukai dunia hijab sejak ia melihat kakaknya di rumah, saat masih duduk di bangku kelas tiga SMA, dimana permulaan hijab yang lagi tren masuk ke Aceh.

“Waktu itu saya iri melihat kakak mengenakan hijab karena ia terlihat sangat cantik, dari situlah saya mulau suka dan ingin mencobanya, walaupun belum terlalu bisa cara mengenakannya,” katanya pada Acehnews.net Jumat (13/03/2015).

Karena sangat menyukai dunia fashion, gadis bergigi behel yang sering disapa Ewik oleh teman-temannya ini pun mulai menetapkan dirinya untuk terus mengenakan hijab. Menurut Ewik, hijab itu bukan hanya fashion yang lagi berkembang saat ini, tetapi juga pembatas atau salah satu alat untuk menutupi aurat bagi seorang wanita,tuturnya

Bagi Ewik, selain berpenampilan lebih modern dan stylish, berhijab juga dapat melindungi diri dan menutup aurat asalkan mengenakannya masih sesuai dengan ketentuan agama ya, mengapa tidak, kata Ewik.

“Hijab bukan hanya sekedar tren, seiring dengan perkembangan zaman hijab itu sendiri sudah menjadi salah busana Islami yang dikemas secara modern sesuai dengan syari,” jelas mahasiswi UIN Ar-Raniry ini.

Anak bungsu dari empat bersaudara kelahiran Idie, dan menetap di Langsa ini. Juga menceritakan sedikit tentang kisah awal mula ia mengenakan penutup mahkotanya. Ia mengaku sejak masih duduk di bangku SMA dulu tidak terlalu suka mengenakan penutup kepala, dan masih sering terbuka.

“Jujur waktu masih sekolah dulu Dewi masih kadang pakek kadang nggak,”katanya.

Namun sejak mulai memasuki bangku perkuliahan, Dewi mulai sadar karena muenutup aurat itu adalah hal yang utama dalam agama Islam bagi seorang wanita. Karena menurutnya, untuk berpenampilan keren, cantik, dan fashion itu tidak mesti harus melepaskan jilbab, kata wanita yang gemar bercerita ini.

“Saat kuliahlah saya mulai timbul rasa suka dan ingin menggunakannya. Karena dengan melihat kondisi, dan juga lingkungan yang membuat saya berubah, dan Alhamdulillah ternyata setalah memakainya, Ewik merasa nyaman dan banyak teman yang memuji karena mereka melihat Ewik sangat cantik ketika mengenakannya,” curhat mahasiswi yang sedang kuliah dijurusan konseling ini.

Berubah untuk arah lebih baik itu memang banyak cobaannya, akan tetapi kalau kita mempunyai niat secara perlahan pasti bisa. Sambil menahan rasa sedih Dewi juga menceritakan sempat di ejek oleh teman se-masa SMA nya dulu. “Sedih juga rasanya ketika mereka mengejek Ewik, ada yang mengatakan mirip serti ibu-ibu dan banyak lainnya celotehan yang Ewik rasakan,” tuturnya kembali sambil meneteskan sedikit air mata.

Ia berharap semoga tetap bisa mempertahankan dirinya seperti sekarang ini, karena Dewi mengatakan, “Biarlah kita hina di sisi manusia, asal tetap muliah di mata Allah,” tutupnya sambil menyapu air mata yang membahasahi pipinya. (zuhri)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *