Nucke Yulandari, S.Psi, M.Psi., Psikolog, Dosen Prodi Psikologi Unsyiah
Ini Alasan Mengapa “School Phobia” Dapat Merugikan Perkembangan Mental Anak

AcehNews.net – Berawal dari sebuah curhatan seorang ibu yang mengeluhkan anaknya tidak mau masuk sekolah baru, pada saat itu anak tersebut baru memasuki sebuah pesantren tingkat SMP. Berbagai upaya dan bujukan dilakukan oleh ibunya namun anak tersebut tidak juga memiliki keinginan untuk kembali kesekolahnya. Anak tersebut akhirnya dipindahkan kesekolah lain yang full day, namun hanya berselang beberapa minggu anak tersebut sudah kembali menunjukkan keenganan untuk kembali kesekolahnya.

Selain cerita di atas ada cerita yang senada, yaitu masih dengan cerita yang sama; seorang ibu memiliki anak laki-laki yang duduk di bangku kelas 1 SMP, mengeluhkan bahwa anaknya menolak setiap diantar ke sekolah. Berbagai alasan diberikan anak tersebut seperti; sakit perut, mual serta tidak enak badan. Dengan kata lain akan ada alasan yang dikemukakan setiap akan pergi sekolah. Gambaran kasus di atas di sebut school phobia dan ini sering kita jumpai pada masyarakat.

School Phobia (Fobia Sekolah) dalam dunia Psikologi memang sudah tidak asing lagi. Berbagai tulisan mengenai hal ini juga sudah tersebar luas baik berupa jurnal, artikel, makalah, skripsi maupun yang lainnya. Namun, istilah ini masih belum begitu familiar bagi sebagian masyarakat kita, khususnya di Aceh. Padahal kasus ini bisa dikatakan sudah menjamur sejak dulu, akan tetapi kebanyakan dari kita tidak menyadari bahwa gejala-gejala yang dikeluhkan justru mengarah kepada School Phobia.

Menurut saya, istilah ini menjadi sangat penting untuk diketahui oleh semua kalangan khususnya para orangtua dan pendidik. Selain menjadi lebih sigap dalam mencegah maupun menangani apabila sang anak terlihat menunjukkan keluhan-keluhan yang dimaksud, juga yang terpenting adalah mengetahui dampak yang akan ditimbulkan anak dikemudian hari.Kebanyakan orang mengganggap bahwa phobia tidak begitu penting padahal phobia sangat merugikan pertumbuhan normal mental seseorang.

Pada dasarnya kecemasan, ketakutan dan phobia adalah 3 hal yang berbeda. Kecemasan dapat diartikan sebagai rasa khawatir anak akibat memikirkan sesuatu yang belum terjadi. Ketakutan merupakan respon negatif anak terhadap suatu pengalaman yang dialaminya. Sedangkan phobia adalah ketakutan luar biasa, berlebihan, terus-menerus, dan tidak realistis yang ditunjukkan anak, ini juga bisa berdasarkan pengalaman yang dirasakan anak sebelumnya.

Ketakutan pada anak untuk bersekolah sebenarnya hal yang biasa terjadi. Rasa takut anak juga bisa sangat bervariasi, sikap ini ditunjukkan sebagai bentuk respon anak untuk melindungi diri terhadap sesuatu. Namun pada beberapa anak, ketakutan tersebut dapat menjadi hal yang tidak masuk akal dan berdampak sangat besar terhadap keinginan untuk tidak bersekolah. Hal tidak masuk akal (irrasional) seperti inilah yang dinamakan dengan school phobia.

Nah, school phobiaitu sendiri adalah ketakutan luar biasa yang terjadi berulang-ulang dan tidak masuk akal pada seorang anak ketika memikirkan sekolah atau ingin berangkat ke sekolah. Hal ini diiringi dengan keluhan seperti pusing, sakit kepala, mual, muntah bahkan pada beberapa kasus, anak menunjukkan sikap tantrum dan agresif seperti menangis, meraung-raung hingga memukul, melempar barang, mencubit, dan menggigit.

Menurut para ahli, school phobiabiasanya lebih banyak dialami olehanak perempuan yaitu berkisar 75% sedangkan anak laki-laki hanya 25%. Hal ini dikarenakan anak perempuan yang lebih cenderung memperlihatkan rasa takut dan sensitifnya terhadap sesuatu dibandingkan anak laki-laki.

Studi yang dilakukan oleh staf dari child study center (Setzer dan Salzhauver, 2001), anak yang mengalami school phobia rata-rata berada pada tingkatan pendidikanTK hingga SMP yaitu usia 5-14 tahun .

Secara umum, pemicu dari school phobia diantaranya bisa berupa :
1. Lingkungan sekolah dan sosial lainnya
• Salah satu studi oleh Last dan Strauss(dalam Davison, John & Ann, 2006) bahwa anak memiliki pengalaman traumatis seperti dibullying, dilecehkan, dihina, dimarahi, dipukul dan hal serupa lainnya yang dilakukan oleh guru, teman-temannya atau orang-orang yang berada di sekitar sekolah, keadaan fisik yang kurang sempurna dan merasa rendah dalam hal akademik.
• Menurut Sumarti (dalam Soekresno,2006) anak menolah sekolah di hari pertama masuk, lingkungan baru (pindah sekolah).
• Handayani (2006)berpendapat bahwa penyebab anak mengalami phobia karena adanya separation anxiety (kecemasan untuk berpisah), pengalaman di sekolah atau lingkungan dan masalah dalam keluarga.
• Tidak memiliki teman yang dianggapnya baik
• Banyaknya PR
• Guru yang judes atau tidak ramah
2. Lingkungan keluarga
• Baru saja kehilangan orang terdekat (misalnya Ayah, ibu, dan lain-lain)
• Kehadiran orang baru yang mungkin bisa mengancam bagi dirinya (contonya : punya adik)
• Orang tua yang sakit parah
• Orang tua yang tidak harmonis
• Perceraian yang terjadi pada orangtuanya
• Terlalu manja dengan orang tua, sehingga anak sulit beradaptasi dengan dunia luar dikarenakan seringnya terpapar dengan hal-hal yang tidak menantang.

Survey lapangan juga menunjukkan beberapa tingkah laku anak yang mengalami school phobia diantaranya :
• Dikutip dari buku School Refusal Behavior in Youth a Functional Approach to Assessment and Treatmentkarangan Kearney (2001), Anak menghindar ketika ada pembahasan mengenai sekolah, menolak pergi sekolah, hadir ke sekolah akan tetapi kemudian minta pulang sebelum jam sekolah usai, hadir di sekolah tapi menunjukkan tingkah laku yang tidak diharapkan (mulai dari tingkah laku menyendiri, tidak mau jauh dari orang terdekat, tidak kooperatif, agresif hingga tantrum).
• Menurut Rini (2002), biasanya anak terlihat murung ketika waktusekolah tiba, tidak bersemangat, atau malahmengeluh sakit ketika waktu pergi sekolahtiba
• Hadir ke sekolah namun harus didampingi orang tua
• Menggunakan alasan-alasan andalan anak supaya tidak pergi ke sekolah
• Tidak ingin berlama-lama di sekolah
• Menganggap rumahlah sebagai tempat ternyaman satu-satunya yang ia miliki

Beberapa penanganan yang bisa dilakukan yaitu :
• Pertama sekali coba kenali terlebih dahulu penyebab dari school phobia yang dialami anak. Misalnya “kenapa anak selalu takut ataupun tidak mau pergi ke sekolah?”(karena setiap anak memiliki pemicu yang berbeda-beda, sekalipun ada beberapa yang cenderung sama)
• Sediakan waktu khusus untuk berdiskusi dengan anak agar lebih dalam memahami penyebabnya
• Memberikan pemahaman tentang pentingnya sekolah
• Konsultasikan masalah kesehatan anak pada dokter (mengenai keluhan fisik yang lebih dominan untuk dijadikan alasan)
• Konsultasikan ke psikolog atau konselor jika masalah terjadi berlarut-larut
• Menjalin komunikasi yang efektif dengan guru mengenai kondisi sekolah anak
• Lepaskan anak secara bertahap agar ia tidak bergantung pada orang lain
• Biasakan mengapresiasi tugas atau pendapat anak yang dianggap layak. Serta memberi reward ketika anak mulai menunjukkan perubahan sikap.
• Berusaha “tega” terhadap anak dengantidak menuruti keinginannyauntuk tidak ingin sekolah
• Ada pengenalan dini kepada anak mengenai sekolah dan lingkungan yang akan dia hadapi. Bila perlu lakukan simulasi. Hal ini dilakukan guna membentuk anak survive, percaya diri dan mandiri ketika berada di lingkungan sekolah yang baru
• Biasakan memberi tugas-tugas ringan kepada anak. Point ini bisa melatih anak akan sikap tanggung jawab

Kenali lebih dekat dengan school phobia karena pencegahan
gangguan emosional pada anak dengan manajemen yang baik dan efektif lebih penting dari pada pengobatan. Pengobatan hanya berfungsi agar si anak terbantu untuk kembali bersekolah. Sedangkan pencegahan secara tidak langsung dapat membentuk pemahaman anak lebih siap dan mandiri dalam menghadapi berbagai persoalan di dunia sekolahnya. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *