Home Industri dengan Omset Rp15 Juta/Bulan

Aneka jenis usaha rumah tangga (home industri) jika dikelola dengan serius, bisa menghasilkan omset belasan hingga puluhan juta rupiah per bulannya. Misal seperti agri bisnis telur asin. Bisnis yang  menjanjikan ini bisa dikelola di rumah dengan memanfaatkan waktu senggang.

Jika di Jawa Tengah, daerah Brebes terkenal dengan oleh oleh khas telur asinnya. Di Aceh, telur asin paling dikenal yaitu telur asin khas Nagan Raya. Oleh oleh khas daerah yang memiliki luas wilayah sekitar 3.363,72 km2 memiliki rasa yang berbeda dari telur asin dari daerah lain, selain tidak bau anyir, kuning telurnya lebih merah, dan bertahan hingga 6 bulan.

Telur asin khas Kabupaten Nagan Raya, pernah dipamerkan di Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-6 di Banda Aceh pada September 2013. Karena memiliki rasa yang berbeda, telur asin ini diserbu pengunjung pameran hingga ludes terjual.

Telur asin adalah istilah umum untuk masakan berbahan dasar telur yang diawetkan dengan cara diasinkan (diberikan garam berlebih untuk menonaktifkan enzim perombak). Biasanya telur yang diasinkan kebanyakan telur bebek tetapi tidak ketutup kemungkinan jenis telur lainnya.

Nur Hafifa atau yang akrab disapa Kak Pah merupakan salah satu pembuat telur asin di Desa Blang Baro, Kecamatan Seunagan, Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh. Awalnya ibu rumah tangga ini hanya ingin mengisi waktu sengangnya dengan memelihara bebek jenis tegal.

Pada tahun 2010, dia membeli sebanyak 200 ekor itik tegal dan memeliharanya pada usia 5 hari. Bebek-bebek ini dibeli Rp9.000/ekornya. Dengan modal awal sekitar Rp4 juta, Kak Pah membeli 200 ekor anak itik tegal dan beserta pakannya.

Sebanyak 200 ekor anak bebek jenis tegal berusia lima dilepasnya ke sawah dan hingga akhirnya bebek-bebek itu bertelur. Telur itik jenis tegal  cangkangnya berwarna hijau dan krem. Telur-telur itu dibuat menjadi telur asin dan kemudian dijual Rp2.500/butir.

“Awalnya pemasaran telur asin hanya memenuhi permintaan para tetangganya yang mengadakan pesta perkawinan, acara adat, dan kenduri maulid Nabi,” kata Kak Pah kepada INSPIRASI Usaha yang mengunjungi kediamannya beberapa waktu lalu.

Rasa telur asin bikinan Kak Pah mulai jadi pembicaraan. Dari mulut ke mulut orang-orang mulai berdatangan ke rumah perempuan kelahiran Latong, 5 Mei 1975 untuk memesan telur asin buatannya.  Karena telur asin produksi Kak Pah, rasanya beda dan kuning telurnya lebih berwarna merah dan tidak berbau anyir.

Melihat prospek ke depan usaha ini cukup menjanjikan, untuk membantu meningkatkan pendapatan keluargan, Kak Pah terus menambah jumlah bebek tegalnya. Dia telah membeli dan menambah lagi sekitar 150 ekor anak itik tegal berusia 5 hari yang didatangkan dari Medan. Anak-anak itik itu dibelinya Rp9.000/ekor.

Kini, bebek tegal milik Kak Ipah sudah berjumlah 350 ekor. Sebanyak 320 ekor bebek betina dan 30 ekor bebek jantan.  Sehari bebek-bebek petelurnya ini bisa menghasilkan telur sekitar 200 butir. Telur-telur ini dibuatnya menjadi telur asin dan kemudian dijualnya per butir Rp2.500.

“Sebulan kalau dihitung-hitung bisa 6.000 butir telur asin yang kami buat dan kami jual kepada pemesan. Sebutir kami menjualnya Rp2.500 atau sebulannya bisa meraup omset Rp15 juta,” papar Kak Pah.

Kak Pah mengatakan, tingginya permintaan telur asin industri rumah tangga miliknya ini membuat Kak Pah ingin mengembangkan usahanya ini dan mempekerjakan banyak ibu rumah tangga yang ingin mencari penghasilan tambahan di desanya ini.

Sekarang ini Kak Pah baru memiliki tiga orang pekerja. Dibantu suami yang bernama Bangsawan dan tiga orang pekerjanya, wanita berusia 38 tahun ini setiap hari memproduksi 200 butir telur asin yang dihasilkan bebek tegal peliharaannya.

“Sebenarnya setiap hari ada 700 butir telur asin yang dipesan. Namun kami hanya mampu memenuhi pesanan 200 butir telur asin setiap harinya. Dibantu suami, saya menyisihkan keuntungan, terus menambah jumlah bebek petelur kami,” sebut Kak Pah.

Konsumen yang memesan telur asin  Kak Pah datang dari berbagai daerah di dalam dan luar Aceh. Antaranya Kabupaten Nagan Raya, Aceh Barat, Banda Aceh, Medan, dan bahkan sampai Jakarta.

Kak Pah tidak bekerja sendiri, dia sering dibantu suaminya yang bertugas menjaga dan memelihara bebek-bebek tegal miliknya. Kadang-kadang suaminya juga membantu Kak Pah membuat telur asin jika ada pekerjanya yang berhalangan hadir.

Jelas Kak Pah, setiap pagi sebelum dilepas, itik tegal diberi makan dedak yang dicapur batang sagu yang dihancurkan sekitar 15 Kg. Bebek-bebek itu dilepas ke sawah dan sore harinya sekitar jam 18.00 WIB sebelum masuk kandang diberi makan dedak campur batang sagu yang dihancurkan sebanyak 30 Kg.

“Bebek berusia lima hari dilepas ke sawah. Kemudian bebek-bebek ini kami kurung selama sebulan di kandang. Setelah itu kami lepas kembali ke sawah. Saat dilepas inilah bebek produksi telur pertama,” jelas Kak Pah.

Saat padi mulai menguning, sebut dia, itik tegal milik mereka dikurung kembali selama sebulan di kandang, kemudian setelah panen, itik-itik itu dilepas kembali selama 4 bulan.

“Setelah telur dikumpulkan kemudian dicuci dengan air, setelah itu lalu dikeringkan. Setelah itu baru dimulai proses pengasinannya,” jelasnya lagi.

Proses pengasinan menggunakan jerami yang sudah dibakar, abunya diambil dan dicampur dengan garam dapur. Kadar keasinannya tergantung pemesanan. Jika telur asin diambil dalam jangka waktu sebulan setelah pemesanan, maka garam akan dikurangkan, sehingga telur asin begitu tiba tidak terlalu asin. Jika diambil dalam waktu seminggu maka garam ditambahkan (sesuai permintaan).

Usaha yang sudah berjalan selama 3 tahun ini telah membantu pendapatan keluarga Kak Pah dan suaminya. Usaha mereka yang makin berkembang, mereka pun mulai mengupah orang untuk membantu mereka bekerja. Hasil upah ini siapa sangka juga bisa membantu keluarga-keluarga lainnya yang ada di Desa Blang Baro.

Sekilas Tentang Itik Tegal

Itik tegal termasuk salah satu bebek ternak unggulan di Indonesia.  Jenis bebek ini tidak mengerami telur. Mulai bertelur setelah memasuki usia 22 sampai 24 minggu. Namun usia tersebut bukanlah usia produktif. Usia produktif 1-2 tahun, yang mana usia produktif dapat berulang sebanyak 3 kali dalam setahun.

Ciri-ciri itik tegal, bentuk badan seiras mirip botol, langsing, postur tubuhnya tegak, tinggi badannya dapat mencapai 50 cm. Lehernya cenderung membulat namun panjang, proporsi kepala jauh lebih kecil daripada badan dan letak mata mengarah sedikit ke atas bagian kepala.

Warna bebek tegal ada tiga jenis, warna kecoklatan (jarakan), totol totol hitam dan putih bercampur coklat (branjangan), dan berwarna putih, kuning kuningan, dan abu-abu.

Itik tegal yang berbulu branjangan biasanya dapat memproduksi telur sebanyak 250 butir tiap tahunnya. Sedangkan itik tegal berbulu kecoklatan mampu menghasilkan 200 butir telur setiap tahunnya. Sedangkan berbulu putih, dapat menghasilkan telur 150 butir telur per tahun. (Saniah LS/Inspirasi Usaha)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *