AcehNews.Net|KUALA SIMPANG – Turunnya harga minyak dunia jika terus terjadi akan mengancam perekonomian rakyat, banyak perusahaan yang bergerak di sektor migas akan merasakan dampak yang paling nyata dimana bisa terjadi efisiensi atau pengurangan karyawan secara massal. Hal ini diungkapkan oleh Isrianto Kurniawan, salah seorang praktisi migas dari PT Pertamina EP Field Rantau, di hadapan para awak media di Wisma Jeumpa Komplek Pertamina Rantau, Aceh Tamiang beberapa waktu lalu.
Kata dia, saat ini harga minyak dunia USD 43 per barel , anjloknya harga minyak dunia tersebut akibat sikap para negara produsen minyak yang bersaing menjual minyak dengan harga yang cukup murah, berawal dari Amerika Serikat dimana kondisi cadangan minyak yang luar biasa banyak, lalu menjual minyak dengan harga murah, memicu negara-negara penghasil minyak lainnya ikut menurunkan harga minyak dunia, seperti Timur Tengah .
“Persaingan menjual harga minyak dengan murah inilah mengakibatkan harga minyak dunia jatuh, sebagian perusahaan minyak tak mampu bersaing akibat tingginya biaya produksi tak sebanding dengan income yang didapat dari hasil penjualan minyak,” jelas Isrianto menjawab pertanyaan para wartawan.
Menurut Kepala Bagian Humas PT. Pertamina EP Field Rantau Jufri, menanggapi anjloknya harga minyak dunia, akibat adanya unsur politik dari negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat dan Rusia, ISIS yang juga menguasai minyak dunia, dan cadangan yang sangat banyak yang dimiliki oleh negara produsen minyak.
Jelasnya, seperti Amerika Serikat misalnya mampu menjual lebih dari satu juta barel pertahun, ini menunjukkan betapa banyaknya cadangan minyak mereka, demikian juga halnya Rusia, dan hingga saat ini belum ada lembaga dunia yang berperan untuk mengendalikan harga minyak dunia, termasuk OPEC.
Jika harga minyak dunia terus anjlok, akan berdampak buruk kepada perekonomian rakyat secara luas. Tingginya biaya produksi perusahaan di bidang migas, akan membuat perusahaan migas terancam kolaps. Kondisi ini sudah terjadi di sejumlah negara, beberapa sumber media asing telah memberitakan anjloknya harga minyak dunia telah mengakibatkan produsen bahan bakar minyak asal Belanda Shell telah merumahkan sedikitnya 6.500 pekerja, begitu juga perusahaan minyak Italia Saipern, dalam 2 tahun ini akan memangkas 8.800 karyawannya.
Bagi Indonesia turunnya harga minyak dunia mengakibatkan penerimaan negara dari sektor migas menjadi rendah yang bisa berpengaruh terhadap devisa negara dan nilai tukar rupiah menjadi rendah. Para praktisi migas di Indonesia khususnya di bawah naungan PT Pertamina EP. Field Rantau sangat berharap agar anjloknya harga minyak dunia tidak mengakibatkan terjadinya perampingan pegawai di perusahaan migas yang ada di tanah air seperti Pertamina.
Selain memaparkan dampak anjloknya harga minyak dunia terhadap perusahaan migas dan perekonomian rakyat , acara Media Edukasi Dan Diskusi Bersama SKK Migas, yang digelar Pertamina EP Field Rantau beberapa waktu lalu di Wisma Jeumpa Komplek Pertamina Rantau , juga memaparkan sejumlah kasus tambang minyak ilegal yang dilakukan masyarakat yang sangat beresiko terhadap keselamatan jiwa, dan tak lupa.
Media edukasi yang dibuka langsung oleh Field Manager pertamina EP Rantau, Agus Amperianto tersebut diutamakan untuk menambah wawasan para awak media terkait produksi dan perkembangan migas dan peran strategis Pertamina EP Field Rantau dalam mandukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional. (bayu)