150 Hektare Tanaman Padi di Aceh Besar Gagal Panen Karena Kekeringan

JANTHO | AcehNews.net – Seluas 150 hektare tanaman padi milik  petani di empat gampong (desa) di kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, gagal penen karena dilanda kekeringan.

Informasi yang diterima, para petani terpaksa harus bermalam di tengah hamparan sawah untuk menyalurkan air ke sawah agar padi berusia muda bisa terus bertahan hidup.Namun, upaya tersebut sia-sia karena padi yang mereka tanam pada Desember tahun lalu ini tidak tumbuh lagi karena tidak cukup air. 

“Air di sungai hampir kering, kami (petani) rugi besar, ya apa boleh buat inilah yang terjadi,  karena tahun ini kami tlah gagal panen, kami pun terpaksa beli beras,” keluh Keuchik Gampong Lam Sie, Mundasir, Selasa (20/02/2018).

Mundasir menjelaskan, sawah yang teracam gagal panen pada tahun ini seluas 150 hektare, yang merupakan lahan tandah hujan. Pemiliknya adalah petani atau warga di empat gampong yakni Lam Sie, Barih Lhok, Lam Krueng, dan serta Tanoh Abe. 

“Lima puluh persen sawah di Kecamatan Kuta Cot Glie tandah hujan, pada tahun ini semuanya teracam gagal panen. Untuk lahan sawah yang dilanda kering tersebut, para petani mengalami kerugian besar, yakni sebesar Rp6 juta dalam satu petak sawah,” ungkapnya. 

Seorang petani lainnya yakni Nursa, warga Gampong Barih Lhok mengatakan, mereka telah berusaha untuk mengairi sawah mereka dengan cara memompa air dengan mengunakan mesin sewa yang ia sewa sebesar Rp100 ribu per hari. 

“Sekarang sudah habis minyak jenis premium 150 liter selama satu bulan ini untuk mengairi sawah pakai mesin pompa. Selain modal untuk itu, juga telah menghabiskan biaya untuk membajak, menanam serta lainnya sebanyak Rp5 juta. Ya seperti inilah kondisinya padi sudah kuning, kalau dalam minggu ini tidak turun hujan akan mati semua,” terangnya. 

Hal sama dikatakan Edi. Ia membiarkan begitu saja lahan sawahnya karena tidak memiliki modal untuk biaya pompa air. “Padi saya telah mati, karena tidak ada modal untuk melakukan pengairan. Saya sudah hutang untuk modal tanam, jadi tidak ada lagi uang,” kata Edi. 

Semua petani di empat desa yang sedang mengalami kekeringan mengharapkan pemerintah untuk memberikan bantuan, membuka irigasi untuk petani yang berada di sana.

“Sekarang musim sudah tidak menentu lagi, kita minta bantuan untuk bangun irigasi di sini, agar kami kembali lagi bisa bercocok tanam di sini,” demikian pungkasnya. (hafiz)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *