Monumen Tsunami di Peulanggahan Diresmikan  

BANDA ACEH – Walikota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal SE menghadiri zikir bersama, dalam rangka peringatan 10 tahun tsunami Aceh sekaligus meresmikan monumen tsunami 2004 di Komplek Masjid Tgk Dianjong, Gampong Peulanggahan, Kutaraja, Banda Aceh, Sabtu (27/12/2014).

Turut hadir, Ketua DPRK Banda Aceh, Arif Fadhillah, anggota DPRK Banda Aceh, Tgk Januar Hasan, ulama Aceh, Tgk Abi Lampisang, unsur Muspika Kutaraja, Keuchik Gampong Peulanggahan Husaini serta sejumlah tamu udangan lainnya.

“Sepuluh tahun yang lalu, tentu kita tidak bisa membayangkan jika hari ini kita masih berada di sini bersama-sama. Ketika kita bersyukur, yakinlah keadaan akan menjadi lebih baik. Mari kita terus memperbaiki akhlak serta meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah. Lakukan apa yang kita bisa kita lakukan, selebihnya biar Allah yang menetukan,” kata Illiza, saat member kata sambutan.

Pada sejumlah pertemuan nasional dan internasional yang diikutinya, ungkap Illiza, banyak yang bertanya kenapa masyarakat Aceh tangguh terhadap bencana. Pascatsunami di Jepang, banyak orang yang bunuh diri akibat putus asa atau harus menjalani perwatan di rumah sakit jiwa.

“Saya berharap monument nama-nama para syuhada korban tsunami di Peulanggahan ini bisa contoh gampong-gampong lainnya di Kota Banda Aceh,” harapnya.

Sementara itu, Ketua DPRK Banda Aceh Arif Faddhillah, dalam kesempatan pidato singkatnya menyampaikan, setiap bencana tetap membawa berkah dan ada hikmahnya, tidak terkecuali gempa dan tsunami 2004.

“Jika dikaji secara lebih mendalam, banyak hikmah di balik tsunami. Salah satunya adalah terciptanya perdamaian antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Republik Indonesia setelah 30 tahun bertikai melalui perjanjian MoU Helsinki,” kata Arif.

Bukan itu saja, pascapenandatangan MoU Helsinki, sambung politisi Partai Demokrat ini, pemerintah pusat juga “memberikan” Undang Undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (UUPA). Lalu ada hak otonomoi khusus selama 20 tahun dari 2008-2028 yang diharapkan mampu membangkitkan ekonomi masyarakat Aceh.

Pada kesempatan itu, Arif juga mengpresiasi Keuchik Gampong Peulanggahan dan jajarannya yang telah menggelar acara refleksi 10 tahun tsunami.

“Jangan hanya infrastruktur yang terus dibangun, tetapi juga landasan hati kita. Mari kita semua terus meningatkan ketaqwaan, tidak ada gunannya pembangunan jika hati kita sendiri tidak berhasil kita bangun.” ajaknya.

Keuchik Gampong Peulanggahan, Husaini, menyebutkan, ada sekitar 4.000 dari 4.600 warga desanya yang menjadi korban tsunami 10 tahun silam. “Hanya 2.721 nama yang dapat kami kumpulkan. Monumen ini belum rampung sebenarnya, baru separuh nama yang terukir di sini.” ujar Husaini.

Walikota didampingi Ketua DPRK membuka tirai penutup monumen tsunami yang terletak di halaman Masjid Tgk Dianjong. Di sekeliling dinding monumen itu, terukir nama-nama warga Gampong Peulanggahan yang meninggal dunia maupun hilang dalam musibah tsunami 2004. (zoel m)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *