Oleh: Syera Fauzya Lestari
(Dosen ISBI ACEH)
Siang, Minggu 12 Mei 2019, matahari muncul dengan terangnya. Namun itu belum mampu mengusir dinginnya suhu udara yang berkisar 12 derajat celcius.
Dari sebuah persimpangan jalan
Hospitalstraße, sekitar distrik Altona di Kota Hamburg, Jerman, orang berbondong-bondong menuju sebuah lapangan, tempat pasar barang bekas digelar, Flohmarkt.
Saya dan keluarga juga turut meramaikan. Siang hari di bulan Ramadhan, kami berjalan-jalan untuk melihat lihat barang bekas di Flohmarkt. Biasanya, banyak barang dengan kualitas bagus yang dijual pemiliknya dengan harga murah.
Bedanya, di Indonesia kebanyakan penjual barang bekas adalah pedagang yang bukan pemilik barang. Di Jerman umumnya para penjual adalah pemilik barang second hand itu sendiri. Seringkali anggota keluarga ikut hadir menjual barang milik pribadi. Bahkan anak anak sering nampak menjual mainannya. Karena dijual pemiliknya, barang bekas ini seringkali masih bagus kualitasnya, bahkan masih lengkap dengan kemasan atau kotak pembungkusnya.
Umumnya harga barang bekas di flohmarkt ini relatif murah. Mainan anak anak dimulai dari 50 sen, sedangkan barang elektronik bisa mencapai harga 15€. Barang-barang lain cukup bervariasi harga dan jenisnya, dan ruang tawar-menawar cukup lebar. Umumnya barang yang dijual antara lain pakaian anak anak sampai dewasa, sepatu, tas, peralatan sehari-hari di dapur dan pertukangan, perabotan mebel, mainan anak, barang elektronik seperti handphone, tv, laptop, aneka ragam hiasan rumah, aksesoris, sepeda, dan lainnya.
Yang paling menyenangkan dan membuat ketagihan untuk berbelanja di Flohmarkt ialah, kita bisa mendapatkan pakaian dengan brand dunia seperti Zara, Mango, H&M, Adidas, Nike, dan lainnya, dengan harga murah dan kualitas masih bagus.
Bagi masyarakat Jerman, pasar ini semacam usaha untuk melakukan sirkulasi barang barang bekas. Barang bergerak dari pemilik ke orang lain yang membutuhkan sehingga tidak dibuang menjadi limbah. Sebaliknya, bukan dibuang jadi limbah tetapi dijual dengan harga murah. Penjual puas karena sudah memakai dan bisa mendapat sedikit uang kembali. Pembeli senang karena mendapat barang bagus dengan harga murah. Lebih jauh lagi, ini bisa mengurangi sampah dan limbah sebagai upaya menjaga lingkungan.
Selain tempat berbelanja barang yang murah, bersih dan berkualitas, Flohmarkt juga menjadi ruang sosialisasi yang menyenangkan. Tawar menawar, berbicang dan berkelakar, selalu meramaikan pasar ini. Di Flohmarkt ini juga biasanya tersedia makanan ringan dan minuman hangat. Memang sebagian orang menjual snack untuk para pembeli dan penjual.
Dengan demikian, pasar ini selalu ramai dikunjungi masyarakat. Tidak perduli musim, baik panas atau dingin, orang berbondong bondong datang. Umumnya pasar ini dibuka di akhir pekan (Sabtu-Minggu) dan diumukan di website Pemerintah Kota. Flohmarkt tersebar di banyak tempat dan biasanya jam bukanya juga bervariasi, umumnya dari jam 10 pagi sampai jam 15.00 waktu setempat.
Dari pasar ini kita bisa belajar bagaimana barang yang sudah tidak diperlukan oleh pemiliknya, bersirkulasi, berpindah tangan kepada orang yang memerlukan. Sirkulasi ini nampaknya mencegah orang membuat sampah dan limbah. Proses yang menarik bukan. (*)