Tengku Sagop,
Veteran  Penyelamat Rapa’i Tuha di Nagan Raya  

AcehNews.net – Ditengah pesatnya kemajuan seni yang bernuansa teknologi, hanya segelintir saja yang masih setia pada kesenian lama, contohnya saja Rapa’i Tuha, salah satu kesenian keagamaan sebagai cerminan kearifan lokal yang telah ada di Aceh semenjak zaman kerajaan dulu. Jika ketidak pedulian lenyap bersama angin maka hanya sisa wujud dalam sepotong cerita yang tertinggal…

Lelaki tua yang masih terlihat gagah itu , terlihat sangat hati-hati mengecat lingkaran kayu  Rapa’i Tuha di ruang tamu rumah berdinding papan miliknya.  Namannya Haji Teungku Sagop. Masyarakat setempat sering memanggil kakek tua ini dengan sebutan  Teungku Sagop. Diusia 70 tahun, veteran Republik Indonesia masih sangat aktif melestarikan kesenian Rapa’i Tuha sebagai warisan budaya di Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh.

Di  Nagan Raya, penyuka warna-warna gelap ini mempunyai grub Rapa’i Tuha yang bernama Kilat Fajar. Tepatnya di Kemukiman Krueng Neuang, Kecamatan Beutong. Grub yang beranggota 22 orang ini telah berdiri sejak 2008 lalu. Semenjak bediri hingga hari ini, Grub Rapai Tuha Kilat Fajar tersebut telah banyak mengisi kegiatan keagamaan maupun kebudayaan di Nagan Raya, bahkan sesekali grup bentukan Tgk. Sagop juga sering mengisi acara kebudayaan di luar daerah.

Sekilas berbicara tentang Rapa’i kita tentu teringat akan Rapa’i Geleng, sebuah tarian etnis Aceh yang berasal dari wilayah Aceh Bagian Selatan tepatnya Manggeng, yang sekarang masuk kawasan Kabupaten Aceh Barat Daya. Tetapi sebenarnya, sangat jauh berbeda antara kesenian Rapa’i Geleng dengan Rapa’i Tuha di Nagan Raya.

Rapa’i Geleng adalah tarian yang mengekspresikan dinamisasi masyarakat dalam syair yang dinyanyikan, kostum dan gerak dasar dari unsur Tari Meuseukat. Sementara Rapa’i Tuha merupakan kesenian yang sarat akan keagamaan yang diringi dengan zikir sebagai syairnya.

Sebagai pimpinan atau Khalifah dalam istilah Rapa’i Tuha, Tgk. Sagop yang juga veteran Republik Indonesia ini selalu setia menyempatkan waktunya untuk merawat Rapa’i setiap anggota kelompoknya. Hal ini terlihat ketika ditemui AcehNews.net di kediamannya.

Dengan cekatan dia memperbaiki pinggiran salah satu Rapa’i yang telah dianggapnya rusak, “Nyoe Rapa’i peninggalan Tu Jameun (ini Rapa’i peninggalan Ayah saya dulu),” katanya sambil mengetes suara Rapa’i dengan memukul pinggirannya. Rapa’I Tuha warisan sang ayah yang berusia sekira puluhan tahun itu terus dirawatnya. Sebagai pusaka yang terus dijaga hingga akhir hayat.

Lelaki yang suka mengenakan kupiah ini kembali melanjutkan pembicaraanya tentang Rapa’I Tuha. Dia menjelaskan, penampilan Rapa’i Tuha hanya untuk doa. Khususnya di Nagan sebutnya untuk Nagan Raya, penggunaan Rapa’i Tuha hanya untuk kenduri, seperti pada malam ketujuh dan malam ke empat puluh orang meninggal. Selain itu, untuk khanduri blang (sawah) serta melepaskan nazar (Peulheuh Kaoy) masyarakat juga sering memakai jasa grub Rapa’i Tuha yang dipimpinnya.

Untuk sekedar latihan, mareka melakukan secara bergiliran pada setiap Kamis malam di rumah anggota. “kamoe latihan tip malam Jum’at, bergiliran di rumoeh anggota (kami latihan setiap malam Jumat, bergiliran di rumah anggota),”jelasnya. Sementara untuk uang operasional, grup ini masih mengandalkan keikhlasan dari tiap anggota untuk menyumbang dan menanggung konsumsi ketika rumahnya jadi giliran pada Kamis malam tersebut.

Menurutnya, sekarang peminat Rapa’i Tuha sangat sedikit, dan ditakutkan suatu saat ini generasi muda akan kehilangan kesenian Rapa’i Tuha ini. Perhatian pemerintah pun dikatakan sangat minim terhadap Rapa’i Tuha, mungkin dikarenakan grub rapa’i yang dipimpinya bukan kesenian seperti Rapa’i Geleng yang bisa ditampilkan pada acara-acara seremonial kepemerintahan.

Jino kanit ureung yang galak keu Rapa’i Tuha, karena nyo ken Rapa’i Geleng yang ditampilkan bak acara pemerintah (kini sudah sedikit orang yang menyenangi Rapa’i Tuha karena ini bukan Rapa’i Geleng yang ditampilkan pada acara pemerintah),demikian kata Tgk. Sagop, sang veteran penyelamat Rapa’i Tuha di Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh. (oga umar dhani)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *