SEAPA: Indonesia, Negara yang Masih Peduli dengan Kebebasan Pers

MEDAN | AcehNews.net – Indonesia harapan terakhir SEAPA (Southeast Asian Press Alliance) untuk kebebasan pers. Ungkapan ini diungkap Alert Officer of SEAPA, Kathryn Roja G Raymundo dalam Workshop Building The Alerts and Advocacy Network for Free and Safe Media in Medan (Indonesia) yang digelar di Hotel Santika yang bekerjasama dengan Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) pada 30 Oktober 2017 lalu. FJPI sendiri bergabung dengan SEAPA pada 2016 lalu.

“Ada ada candaan, tapi sebenarnya itu adalah sebuah harapan dari kawan-kawan di SEAPA, Indonesia satu-satunya negara yang masih peduli kebebasan pers. Dari data yang dikumpulkan SEAPA, tidak satupun negara di dunia yang memberikan kebebasan pers sebesar dan sebaik di Indonesia. Report Indeks Kebebasan Pers, ada tiga negara persnya tidak bebas di dunia yaitu Singapura, Vietnam, dan Laos,” ucap Kathryn di Medan.

Meski diakui Kathryn, dari pemberitaan di media di Indonesia, masih terjadi kekerasan terhadap jurnalis. Namun menurutnya Indonesia lebih baik dari negara-negara lain di dunia kebebasan persnya. Di negaranya sendiri, Philipina, kebebasan persnya belum sebaik Indonesia.

Advocacy Officer of SEAPA dari Indonesia, Anisa Widyasari menambahkan, berdasarkan evaluasi SEAPA sejak berdiri 2003 dan berkantor di Bangkok, kebebasan pers yang ada di Indonesia sedikit lebih bagus dari negara lain di Asia Tenggara. Meskipun ada pembatasan-pembatasan, namun sejauh ini SEAPA melihat banyak media yang masih bisa melakukan pemberitaan tanpa ada halangan maupun rintangan dari pihak mana pun.

“Walaupun ada terjadi kekerasan-kekerasan kepada jurnalis, terutama di daerah dan khususnya terhadap jurnalis perempuan. Namun Indonesia dalam kondisi yang lebih baik kebebasan persnya,” ujar Anisa seperti yang dikatan Kathryn.

Dijelaskan Anisa, untuk kebebasan pers, paling sedikit masalahnya yaitu Timor Leste. Namun, sebagai negara baru, memang Timur Leste masih memberikan cukup besar kebebasan. Dan Indonesia merupakan peringkat kedua.

SEAPA untuk pertama kali menggelar workshop di Medan dengan tema Building The Alert and Advocacy Network for Free and Safe Media in Medan (Indonesia) atau Membangun Kesadaran Jaringan Advokasi yang Aman Bagi Media di Medan (Indonesia) bagi sekitar 15 jurnalis perempuan yang tergabung dalam FJPI.

Ketua Umum FJPI Pusat di Medan, Ramdeswati Pohan mengatakan, workshop yang digelar SEAPA beberapa hari lalu itu, dilakukan untuk membangun kesadaran serta monitorin data dan advokasi agar terciptanya kebebasan pers dan jurnalisme yang aman di Medan khususnya dan Indonesia umumnya.

“Melalui workshop ini, SEAPA ingin mengetahui bagaimana para jurnalis melaporkan dan mengindentifikasi kekerasan dan bagaimana cara melaporkan kekerasan yang terjadi terhadap jurnalis yang melanggar kebebasan pers,” kata Ramdeswati.
Menurut Ramdeswati, kegiatan ini sangat penting diikuti oleh para jurnalis khususnya jurnalis perempuan, sehingga diharapkan setelah mengikuti workshop ini, dapat mengantisipasi kekerasan yang terjadi saat meliput berita yang bisa saja kapapun terjadi.

Dikatakannya hingga kini FJPI memang belum mendata jumlah kekerasan yang terjadi terhadap jurnalis perempuan di Medan maupun di Aceh. Namun diakuinya tahun sebelumnya, di Medan, beberapa kasus kekerasan pernah dialami jurnalis perempuan saat liputan. Kekerasan yang dialami mulai dari kekerasan fisik hingga kekerasan verbal.

Desi Pohan (panggilan akrabnya) berharap di Indonesia kebebasan pers masih bisa terus ditegakan dan upaya-upaya edukasi kepada masyarakat, TNI, Polri, dan pemerintah daerah terus ditingkatkan baik oleh organisasi pers maupun Dewan Pers, sehingga semua memahami apa itu kebebasan pers dan jurnalis mengetahui bagaimana meng-amankan dirinya dari perlakuan kasar atau kekerasan yang dapat dilakukan oleh oknum tertentu. (saniah ls)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *