Ini Kata Guru Besar Antropologi UGM  Tentang Kesenian Aceh

AcehNews.net|BANDA ACEH Guru Besar Antropologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Prof. Irwan Abdullah, yang juga putera Aceh ini mengatakan, masyarakat Aceh adalah seniman besar, dengan pertunjukan seni tutur Adnan PM TOH merupakan salah satu pernyataan tetang kerinduan kebesaran itu, seperti tradisi Aceh yang berbentuk tradisi lisan yang banyak diceritakan pada masa lalu.

“Dengan adanya pertunjukan ini, kita membangkitkan kembali dan me-revitalisasi kembali roh Aceh, karena roh Aceh ada pada kesenian, masyarakat Aceh itu seniman besar,” katanya kepada AcehNews.net beberapa hari lalu saat hadir pada acara pementasan teater tutur Tengku Adnan PM TOH, tugas akhir Sulaiman Juned,  guna meraih Doktor bidang seni di Taman Putroe Phang, Banda Aceh pada 14 Maret 2016.

Menurutnya, sekarang pondasi kesenian Aceh sudah rapuh, masyarakat Aceh sekarang sudah mulai mengambil kesenian yang komersial, mengikuti permintaan media. Tidak lagi mengambil dari sumber-sumber tradisi sebagai ciri khas orang Aceh, seperti Agama dan tradisi masyarakat yang sebenarnya sumber dari kreatifitas orang Aceh.

“Pondasi kesenian kita itu rapuh, kita mengambil kesenian yang komersial, yang dibawa dimedia, sebenarnya seni kita itu ada pada agama, pada tradisi masyarakat, dan itu merupakan sumber dari proses kreatif,” kata Prof. Irwan Abdullah.

Prof. Irwan Abdullah juga mengatakan, banyak ruang baru setelah Tsunami bagi kesenian Aceh, menurutnya setelah Tsunami Aceh kembali menemukan bentuk komunikasi yang lebih luas setelah sebelumnya terisolasi. Aceh kembali mengglobal seperti pada masa lalu, pada masa Sultan Iskandar Muda.

“Pasca tsunami memberi ruang-ruang ekspresi baru bagi Aceh, karena tsunami membawa kita ke mode komunikasi yang lebih luas setelah sebelumnya terisolasi. Dan itu menjadikan Aceh pada lalu, yang dulu pada masa Sultan Iskandar Muda, Aceh yang mengglobal,” ungkapnya.

Dirinya juga menambahkan, sebelum Indonesia punya diplomasi dengan negara-negara Barat, sudah ada diplomat dari Aceh yang dikirim ke Eropa, di Belanda.  Hal ini terjadi karena dulu Aceh punya mimpi besar yang mendunia, namun jadi hilang dan kerdil karena beberapa faktor.

“Dengan proses kesenian seperti ini, kita mendobrak dan mengingat kembali tentang mimpi besar itu,” ujar Prof. Irwan Abdullah.

Diakhir wawancaranya kepada AcehNews.net, dia berharap kepada anak muda Aceh dalam berseni harus mengakar pada tradisi. “Menjadi orang Aceh harus punya personaliti yang didapatkan dari tradisi, dengan itulah kita mengarungi dunia,” pungkasnya.

Selain dirinya, acara pementasan seni tutur sebagai Disertasi S3 Sulaiman Juned juga turut dihadiri oleh Maestro Tari Indonesia Prof. Sardono W. Kusumo, Promotor Teater Koma Jakarta, Nano Riantiarno, dan Kadisbudpar Aceh, Reza Fahlevi. (oga)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *