Dari Galeri Bungong Aceh untuk Penyuka Tas Bordir Indonesia

AcehNews.net – Awalnya, produk tas bordir di Gampong Dayah Daboh, Montasik, Aceh Besar, dibikin sendiri-sendiri. Pun demikian produk itu, dipasarkan sendiri-sendiri, hingga semakin banyak yang melirik ke desa tersebut dan memesa tas bordir dari pengrajin di gampong setempat.

Photo: Dian Emsaci


Mereka adalah pengrajin tas bordir. Pengrajin kompak bersatu padu, hingga Bank Indonesia memberikan lampu hijau untuk membina, membentuk, dan membangun galeri yang di beri nama Galeri Bungong Aceh, di bekas gedung PKK, Kecamatan Montasik tersebut.

Secara perlahan, ‘setapak demi langkah’, para ibu rumah tangga, dan remaja puteri yang nganggur, belajar dan meningkatkan bagaimana cara dan memproduksi tas bordir khas Aceh, dengan standar nasional, bahkan internasional. Tentu berat, dengan persaingan para pengrajin yang menjamur di Aceh, khususnya Aceh Besar dan Kota Banda Aceh, namun, kendala itu, tidak menyurutkan semangat ibu-ibu rumah tangga di Gampong Dayah Daboh, Montasik, mereka terus berupaya mengembangkan diri dengan design tas yang berbeda dari yang lain.

Kemudian usaha mereka pun membawakan kabar gembira. Meski pun, promosi dari mulut ke mulut, juga melalui akun media sosial kerua kelompok. Sejumlah pihak mulai melirik hasil produksi tas bordir dari gampong setempat, seperti pelancong dari luar daerah, tamu Dekranasda Aceh Besar, anggota legislatif dari DPR RI, bahkan wisatawan manca negara yang bertandang ke salah satu rumah pengrajin.

Melihat keinginan para pengrajin untuk berkembang dan mengembangkan sayapnya. Bank Indonesia perwakilan Aceh, kemudian mendampingi dan memberikan kesempatan mempersatukan para pengrajin dalam satu wadah, yaitu Galeri Bungong Aceh, dimana, ada 10 kelompok pengrajin dalam sebuah koperasi di dalamnya, dengan jumlah 100 anggota.

Ketua koperasi dan Galeri Bungong Aceh, Eliyasari yang dulunya tenaga kontrak di Dinas Kesehatan Aceh Besar, membanting stir dari tenaga kontrak ke pengusaha tas bordir Aceh.

“Saya tenaga kontrak di Dinkes Aceh Besar, di sana saya juga melayani masyarakat. Tapi, saya nekad, memilih menjadi entrepreneur, karena, saya melihat peluang untuk memberdayakan masyarakat, lebih besar di bidang ini,” tukasnya kepada AcehNews.net ini, di Montasik, beberapa waktu lalu.

Ibu muda ini, mengakui terus berupaya melihat peluang bagi kemajuan galeri Bungong Aceh ini. Salah satunya, dengan memperhatikan permintaan atau pun keinginan konsumen, baik nasional, maupun internasional, apalagi pasar tas bordir mereka, menembus beberapa negara di Eropa, Malaysia, dan negara di Asia lainnya. Untuk itu, pihaknya akan terus menjaga kualitas produksi tas bordir, selain rutinitas memproduksi tas yang mereka buat.

Apa yang dikatakan pengusaha muda tas bordir yang telah mengikuti pameran kerajinan tas bordir ke New York, Amerika Serikat, ini Kepala Perwakilan Bank Indonesia, Zainal Arifin Lubis, mengakui Aceh Besar memiliki potensi terbesar dan produk unggulan, yaitu kerajinan tas bordir.

Awalnya tas ini, dijual di pasar biasa, namun, dengan dukungan dan peningkatan kualitas dari tas bordir, hingga kini, bisa menembus pasar internasional, seperti wisatawan dari Negara Polandia yang langsung membeli ke desa di Montasik.

Potensi besar seperti ini, patut di dampingi, dan pihak BI melalui program pemberdayaan masyarakat, Kemudian, memberikan pelatihan peningkatan kualitas produksi kerajinan tas bordir. Galeri yang dibina BI ini, bisa menjadi percontohan bagi daerah lainnya.

“Selanjutnya, tantangan berikutnya, pihak perdagangan dan perindustrian di daerah ini, untuk terus membimbing para pengrajin dan pengusaha galeri, agar meningkatkan kualitas produksi dan menjaga mutu produksinya,” demikian kepala perwakilan BI Aceh. (Dian)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *