BANDA ACEH – Badan Penanggulan Bencana Aceh (BPBA) yang menggelar simulasi bencana tsunami dalam rangka pengujian peralatan dengan membunyikan enam sirine peringatan tsunami (Tsunami Early Warning System/TEWS), di wilayah Aceh Besar dan Banda Aceh, Minggu (26/10). Namun dari pantauan AcehNews.net dan beberapa pengakuan warga yang berdekatan dengan sirine tsunami, suaranya kecil dan tidak seperti tahun-tahun yang lalu.

Pengakuan seorang warga di Banda Aceh, Rusli (55), simulasi yang digelar tersebut sepertinya kurang melibatkan masyarakat dan dinilainya lembaga yang menyelenggarakannya kurang siap.

Menurutnya, ada beberapa kelemahan yang dinilai harus dirubah kedepannya, supaya tidak terjadi banyak korban jika bencana datang. Pertama usulnya, simulasi bencana tsunami terlebih dahulu sosialisasi kepada semua komponen, terutama yang bersekatan dengan escape building, sebelum dilaksanakan pada hari H.

Kemudian, kata dia lagi sosialisasi ke sekolah-sekolah yang berdekatan dengan escape building. Karena anak sekolah menurutnya lebih mematuhi. “Kedepannya perlu perencanaan yang baik,” usulnya.

Adapun enam TEWS yang diuji dalam simulasi dimulai sekitar pukul 09.00 hingga 11.00 WIB itu, di wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar, pertama Lhoknga, kemudian Lam Awe, Blang Oi, Lampulo, Kantor Gubernur Aceh, dan terakhir Kajhu. Dan saat sirine itu dibunyikan, warga langsung menuju gedung penyelamatan, seperti Museum tsunami dan sejumlah escape buliding.

Kepala BPBA yang baru dilantik,  Said Rasul mengatakan, tidak banyaknya warga yang ikut simulasi ini karena anggarannya kecil, sehingga untuk semua wilayah simulasi itu hanya diikuti 300 orang. Sedangkan untuk suara sirine tsunami yang kecil terdengar, Said Rasul tak banyak komentar.

“Mudah-mudah tidak terjadi tsunami, ini juga untuk menjaga dan memelihara alat tersebut selalu terawat dengan baik. Kalau bencana terjadi lagi, alat bisa digunakan dengan baik,” jelasnya. (agus)