BKSDA Aceh Pasang GPS untuk Mencegah Konflik Gajah

BANDA ACEH – Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh terus berupaya untuk mencegah konflik gajah dengan manusia di Kabupaten Bener Meriah. Karena konflik gajah di Bener Meriah telah memakan korban jiwa sebanyak 4 orang.

Keberadaan BKSDA Aceh berada di Bener Meriah setelah Pemerintah Bener Meriah untuk membantu penanganan konflik gajah secara komprehensif. Sehingga tercapai solusi dengan memasang GPS guna mempermudah memantau pergerakan gajah liar.

Kepala BKSDA Aceh, Genman S Hasibuan mengatakan, tidak ada solusi tunggal untuk konflik satwa liar dan manusia. Hal yang paling utama tentu mengalokasikan habitat gajah dan melakukan perlindunganya. Semua upaya pencegahan ini harus digunakan sebaik mungkin.

“Kami telah menandatangani nota kesepakatan bersama dengan Pak Bupati Bener Meriah yang meliputi beberapa poin diantaranya komitmen untuk membangun skema pemantauan dan alur komunikasi sistem peringatan dini,” kata Genman S Hasibuan, Sabtu (21/2/2015).

Kata Genman, solusi untuk bisa memantau pergerakan gajah liar adalah dengan memasangkan kalung GPS (GPS collar) pada leher salah satu gajah liar di wilayah tersebut. Kemudian juga harus dipasang barrier buatan (artificial barrier) berupa galian parit pada lokasi-lokasi tertentu dengan tujuan menyambungkan barrier alami.

“Dengan ada barrier ini berupa tebing-tebing jurang yang membatasi kawasan budidaya masyarakat dengan kawasan habitat gajah liar,” imbuhnya.

Genman juga menyampaikan rencananya juga menempatkan tim khusus yang dinamakan CRU (Conservation Response Unit) di Bener Meriah. CRU ini yang diproyeksikan untuk dapat melaksanakan tupoksi BKSDA di wilayah kerjanya, terutama dalam melakukan mitigasi konflik satwa liar dan manusia.

“Tim CRU akan dilengkapi dengan gajah jinak patroli dan juga para mahout yang memiliki skill yang khusus serta didampingi oleh Pamhut dan pemuda setempat,” ungkapnya. (habadaily)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *