Gandeng Perguruan Tinggi,
BKKBN Aceh Siap Teliti Penyebab Stunting di Aceh

SIGLI | AcehNews.net – Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh siap bekerjasama dengan Perguruan Tinggi di Aceh guna meneliti penyebab utama tingginya angka stunting di Provinsi Aceh.

Hal ini disampaikan Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Sahidal Kastri pada kegiatan Workshop Penyiapan Generasi Emas Bagi Kabupaten Cegah Stunting Melalui Program BKB (Bina Keluarga Balita), Jum’at (10/5/2019) di Kabupaten Pidie.

“Di Aceh ini yang penting diperhatikan pemberian ASI, selanjutnya kasih sayang kepada ibu hamil sehingga janinnya bisa tumbuh normal, dan pentingnya pendidikan pra nikah, kalau ini kita lakukan maka stunting bisa kita cegah,” kata Sahidal.

Sahidal mengatakan, untuk 2019 ini terdapat tiga kabupaten di Aceh yang menjalankan program pencegahan stunting, yaitu kabupaten Pidie, Aceh Tengah, dan Aceh Timur. Untuk itu BKKBN melakukan pembinaan kepada kelompok Bina Keluarga Balita, PKK, bidan desa, dan kader Posyandu. Juga membagikan brosur-brosur pedoman dan petunjuk yang menjadi bahan bagi penyuluh di desa, sehingga disosialisasikan kepada masyarakat, apa saja penyebab stunting.

Menurut Sahidal ada dua faktor utama penyebab stunting, yaitu faktor nutrisi/gizi dan faktor pola asuh. Oleh sebab itu ia meminta kepada peserta workshop untuk mengkampanyekan tentang pendewasaan usia perkawinan, mengatur jarak kelahiran, serta pendidikan pra nikah. “Stunting ini terjadi ketika ibu hamil kurang asupan gizi sehingga perkembangan otak tidak sempurna,” jelas Sahidal.

Sahidal berharap agar Kabupaten Pidie menjadi pelopor dan contoh bagi daerah lain di Aceh dalam hal pencegahan stunting. Saat ini kata dia program stuting sudah berjalan di 30 desa dan pada 2020 akan ditambah lagi sebanyak 70 desa di tujuh kabupaten, karena menurut Sahidal, rata-rata kabupaten/kota di Aceh memiliki masalah yang sama soal stunting.

Kabid Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga (KS-PK), Nurzikra Hayati menambahkan, BKKBN juga menjalankan program unggulan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang harus dikampanyekan di gampong-gampong (desa). Jelas Nurzikra, 270 hari masa hamil tugas ayah menyiapkan makanan bergizi kepada ibu dan janin yang dikandungnya. Pada 730 hari selanjutnya setelah melahirkan gizi tetap diperhatikan sehingga ASI banyak untuk anak.

“Lakukan pola asuh secara berimbang baik oleh ibu maupun ayah. Kalau ini mampu dilakukan maka pencegahan stunting di Aceh akan terwujud. Apalagi di Aceh pemberian ASI masih 55 persen, data Dinkes Aceh 2017, ” demikian pungkasnya. (Saniah LS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *