Syahdunya Ramadhan di Masjid Kopiah Meukutop

BANDA ACEH – Bicara wisata Islami atau religi, sangat tepat jika Anda menghabiskan waktu libur Anda bersama keluarga dengan mengunjungi Kota Banda Aceh di saat Ramadhan. Mengapa Banda Aceh? Karena selain Anda bisa menikmati wisata religi komplit saat Ramadhan, Anda juga bisa berleha-leha sambil menunggu waktu berbuka menikmati suasana santai di Pantai Ulee Lheue.

Tak jauh-jauh dari suasana pantai Anda juga bisa menikmati wisata Tsunami, Kapal PLTD Apung di Punge Blang Cut, atau ke Museum Tsunami di dekat Lapangan Blang Padang. Berziarah ke Makam Syiah Kuala di Deah Raya, melihat Boat Ikan bertengger di atas rumah di Lampulo, shalat di Masjid Baiturrahim Ulee Lheue, masjid yang selamat dari hantaman gelombang tsunami pada 26 Desember 2004 silam. Selain itu Anda juga bisa berkunjung ke Museum Aceh dan jalan-jalan Sore (JJS) di Taman Putroe Phang. Semua hanya ditempuh tidak begitu lama sekitar15 menit dengan beca mesin dari Masjid Raya Baiturrahman.

Nah, ada satu lagi yang menarik saat berwisata di Kota Banda Aceh ketika Ramadhan, satu ke-khasan yang bisa dirasakan jika melaksanakan ibadah Ramadhan di Aceh, adalah bisa melakukan ibadah shalat malam, atau Qiyamul Lail. Pelaksanaan ibadah ini dilakukan di dua masjid besar di Kota Banda Aceh, masing-masing di Masjid Baitul Musyahadah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Teuku Umar atau Masjid Kopiah Meukutop (karena kubah masjid topi/kupiah yang dipakai Teuku Umar, suami kedua Cut Nyak Dhien) dan Masjid Al-Makmur Lampriet, Banda Aceh yang dibangun Yaman pasca Tsunami.

Untuk menghidupkan 10 malam Ramadhan terakhir ini, Pemerintah daerah biasanya mendatangkan Imam dari Arab Saudi. Dan para imam ini akan meminpin shalat malam di dua mesjid besar di Banda Aceh, diantaranya Masjid Kopiah Meukutop.

Jarak dari pusat kota ke Masjid Kopiah Meukutop tidak sulit dijangkau, sekitar 15 menit, tepatnya di kawasan Setui, sekitar 20 langkah kaki dari Mal Suzuya. Bisa menggunakan kendaraan umum beca mesin dari arah Masjid Raya Baiturrahman, cukup menyebutkan Masjid Teuku Umar, jika ingin mengunjunginya.

Kubahnya yang khas berbentuk Kopiah khas Aceh menjadikannya unik. Pemilihan kubah berbentuk kopiah meukutop ini didasarkan pada keinginan menunjukkan sisi keacehan dan mengabadikan semangat juang dari pahlawan Teuku Umar.

Masjid Baitul Musyahadah dibangun secara swadaya tahun 1989. Awalnya masjid ini bermula dari sebuah meunasah dengan nama Al-Ikhlas. Perencanaan pembangunan dan ide arsitekturnya dilakukan oleh Prof Ali Hasjmy, seorang cendekiawan terkemuka di Aceh. Lalu pada1993 masjid ini diubah namanya menjadi Baitul Musyahadah dan diresmikan langsung oleh Gubernur Aceh kala itu, Syamsuddin Mahmud yang saat itu juga didampingi oleh ulama kondang KH Zainuddin MZ yang saat itu juga diundang langsung untuk memberikan ceramah agama.

Salah satu daya tarik masjid ini adalah keindahan arsitekturnya dan keunikan kubahnya yang berbentuk kopiah meukutop. Tak heran jika masjid ini sering juga disebut masjid meukutop atau masjid Teuku Umar, karena Teuku Umar memang seorang pahlawan Aceh yang dikenal selalu mengenakan kopiah meukutop dalam kesehariannya.

Kopiah Meukutop sendiri memiliki filosofi mendalam. Warna-warninya mencerminkan lambang dari Islam, qanun dan adat istiadat. Masjid ini didirikan ditapak berbentuk segi lima, yang melambangkan rukun Islam yang lima. Bagaimanapun, keunikan Masjid Kopiah Meukutop akan manambah daya tarik Aceh sebagai destinasi wisata halal dunia. (Adv/Disbudpar Aceh/*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *