Seks Bebas Masih Tinggi di Banda Aceh

BANDA ACEH – Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A) menggelar rapat koordinasi mencari solusi bersama terkait kasus yang dialami oleh anak dan perempuan di Banda Aceh,  selama 2014 hingga 2015, Selasa (14/4/2015) di Aula kantor Badan Perlindungan Perempuan dan Keluarga Berencana (BP2KB) di Banda Aceh.

Tujuan dari rapat koordinasi ini kata Ketua P2TP2A, Siti Maisarah, untuk komitmen bersama dalam meningkatkan peran fungsi masing-masing lintas sektoral guna mengupayakan pencegahan dan penanganan kasus perempuan dan anak di Kota Banda Aceh.

Siti Maisarah yang menjadi pembicara pada rapat koordinasi yang pertama kali digelar antar lintas sektor dan turut dihadiri perwakilan dari LSM Perempuan, PNPM, BP4, Polresta Banda Aceh, dan pimpinan dayah di Banda Aceh memaparkan data kasus  kekerasan terhadap perempuan dan anak dua tahun terakhir. Sebutnya pada 2014 tercatat 59 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang dilaporkan dan pada 2015, Januari hingga Maret tercata 32 kasus yang dilaporkan,

“Sejak Januari hingga Maret 2015 lalu, sudah terjadi 32 kasus. Diantaranya, 12 kasus yang menimpa kepada anak yaitu antaranya eksploitasi, diskriminasi, pencabulan, masalah sosial khalwat. Selebihnya 20 kasus kekerasan terhadap perempuan, antaranya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kekerasan psikis, harta bersama, dan masalah sosial khalwat,” sebut Maisarah.

Dari semua kasus yang tercatat di P2TP2A tiga bulan terakhir 2015 ini, sebut Maisarah, sex bebas paling tinggi di Banda Aceh. “Saat ini kita harus wanti-wanti karena tidak saja anak berusia 9 tahun yang ditularkan HIV dan AIDS oleh abang kandungnya yang terlibat narkoba da seks bebas dimana anak berusia SMP ini telah memperkosa adik kandungnya sendiri,” kata Maisarah.

Lanjutnya, selain kasus yang di atas,   setelah alah satu  pihaknya juga terlah mendapatkan pekerja di salah satu supermarket di Banda Aceh juga positif mengindap HIV&AIDS. “Pekerja ini bukan warga kita mereka orang luar yang bekerja di Banda Aceh,” sebutnya.

Maisarah mengatakan mengapa banyak anak-anak sekarang terjerumus ke dalam pergaulan bebas, karena memang tidak diasuh lagi oleh keluarganya. “Bagaimana kita mau mendorong mereka ke arah yang lebih baik, sedangkan keluarganya saja tidak mau menerima lagi mereka. Paling ironis lagi seperti kasus yang terjadi pada anak baru-baru ini, ada orang tua yang memang tidak mau menerima dan mengasuh anaknya lagi. Kejadian ini terjadi akibat perceraian antara kedua orang tua mereka,” paparnya.

Maisarah mengatakan, saat belum ada tempat pembinaan bagi remaja dan anak. Seandainya ada kata Maisarah lagi, anak dan remaja yang terbuang dari keluarganya baik di Aceh dan Banda Aceh khususnya yang terlibat seks bebas dan narkoba bisa dibina, mulai dari mengubah pola hidup mereka, pergaulan dan kesehatan. (zuhri)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *