Kuil Hindu di Keudah,
Salah Satu Saksi Keharmonisan Umat Beragama di Banda Aceh

 “Adat Bak Po Teumeureuhom, Hukom Bak Syiah Kuala, Qanun Bak Putro Phang, Reusam Bak Laksamana”. (Adat pada Raja hukum pada Syiah Kuala. Qanun pada Putri Pahang dan aturan pada Laksamana).  

Maksud hadih maja Aceh ini adalah segalanya ada pengaturan masing-masing. Mempunyai tugas masing-masing. Hadih maja Aceh ini sudah lama sekali berkembang di Aceh, jika mendengar kata Aceh pasti terfikirkan kata “Islam”.  Aceh dan Islam memang tidak bisa dipisahkan. Namun demikian, agama Islam yang sudah mendarah daging pada masyarakat Aceh dan berkembang dengan baik.

Jika di daerah lain di Indonesia mempunyai gereja, meski sudah bergelar seuramoe mekkah (Serambi Mekkah), di Aceh juga berdiri gereja, jika daerah lain ada vihara, di Aceh juga ada, begitu pun jika di daerah lain ada kuil, di Aceh juga ada.

Sebuah kuil bagi umat Hindu yang terletak di daerah Keudah, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh sudah berdiri sejak 1934. Kuil Palani Andawer. Kuil yang sudah ribuan  tahun ini telah tersapu tsunami pada 2004. Namun, telah dilakukan pembangunan kembali dan baru diresmikan pada 2012 lalu.

Kuil ini adalah bukti bahwa masyarakat Aceh adalah orang yang toleransi beragama. Aceh sejak dulu terkenal dengan penduduknya yang bervariatif, seperti di Gampong (desa) Keudah, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh yang di huni oleh banyak suku dan etnis yang memiliki keyakinan/agama berbeda. Antaranya suku Aceh,  Batak, Minang, Jawa,  India, dan thionghua, begitu juga ada yang beragama Islam, Kristen, Budha, dan Hindu.

Kuil Palani Andawer yang berada di Gampong Keudah,  meski terjepit diantara perumahan dan Ruko (rumah toko) mewah, namun kuil ini adalah saksi bisu tentang toleransi umat beragama di  Kota Banda Aceh yang sedang diributkan oleh banyak  pemberitaan di media, yang mengambarkan betapa tidak toleransinya agama Islam. Padahal di Keudah toleransi beragama ini sudah dijalankan sejak ribuan tahun lalu. Seharusnya jika memang Islam tidak toleransi maka sudah selayaknya kuil tersebut bakal digusur.

Keragaman itu perlu untuk memperindah segala sesuatu. Jika ditinjau melalui sejarah, seperti halnya Indonesia ada masuk agama, Kristen, Hindu dan Budha maka tidak heran jika di Banda Aceh ada gereja, kuil, dan vihara. (nita juniarti, warga Kota Banda Aceh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *