Ini Pesan Peggy Melati Sukma Kepada Umat Muslim di Aceh 

BANDA ACEH – Nabi Muhammad SAW pernah mengingatkan umat muslim, iman itu dinamis dan memiliki dinamika yang luar biasa. Maka berhati-hatilah, hanya satu sikap yang bisa diambil, yakni beriman dan istiqamah.  Begitu ungkap Peggy Melati Sukma saat menjadi penceramah dalam Dakwah Umum Jumatan yang digelar Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh di Taman Sari, Jumat (30/1/2015).

Mengawali ceramahnya, mantan pesinetron yang melejit namanya dengan jargon “pusing”-nya itu, memohon maaf lahir batin kepada para ulama yang hadir pada acara yang dirangkai dengan Road to Dakwah Harian Waspada.  “Saya berdiri di depan ini dengan segala kebodohan dan kefakiran,” kata Peggy.

Dalam 10 tahun terakhir, Peggy mengatakan, sudah beberapa kali bolak-bolak ke Aceh untuk kegiatan sosial, bahkan hingga ke luar negeri. Hingga pada suatu titik dia merasa sudah a sukses, namun satu hal yang harus dipertanyakan, yakni sesuai dengan hadis Nabi, iman ini naik dan turun.

Ia menambahkan, dunia adalah tempat ujian. Senang-sedih, kaya-miskin maupun baik-buruk adalah ujian. “Jika kita mengeluh, ingat firman Allah: Allah maha tahu, sedangkan engkau tidak mengetahui apa-apa. Hanya dengan beriman, hijrah, dan jihad fisabilillah, kita akan mendapatkan balasan surga.”

Selama 22 tahun bergelut dalam dunia jahiliyah, kata Peggy, ia akhirnya menyadari dunia dan seisinya adalah sementara. “Jika kita menggantungkan diri pada yang sementara juga (dunia), maka kita sedang menuju ke kehancuran. Namun jika kita gantungkan kepada yang maha kekal, maka kita sedang menuju ke keabadian,”tuturnya.

Menurutnya, ada tiga hal utama yang harus dilakukan oleh seorang muslim, yakni mencintai Allah dan Rasul lebih dari apapun, mencintai sesama manusia karena cinta kepada Allah. Dan takut kembali ke kekufuran sama dengan takutnya dilempar ke neraka oleh Allah SWT.

Peggy melanjutkan, selama 13 tahun Nabi Muhammad SAW berdakwah di Kota Mekkah, Nabi fokus pada pondasi Islam, yakni tauhid dan akidah. Karena menurut Peggy, tidak ada zat lain yang disandingkan dengan zat Illahi.

“Jika kita ingin membangun umat, maka kita harus membangun diri kita sendiri terlabih dahulu. Kita tidak boleh berhenti belajar, kita semestinya menjadi murid sepanjang masa. Persoalan yang dihadapi oleh umat Islam begitu banyak, maka kata Allah berjuanglah,” pesan Peggy.

Peradaban Islam, sambungnya, dibangun dari individu-individu. Pondasi Islam adalah tauhid dan akidah, syariat berdiri di atasnya. Pondasi tidak boleh kopong (kosong). Kita harus mau berguru pada kehidupan, ulama, dan mengikuti tuntunan nabi, guru sepanjang masa.

Soal apa yang dirasakannya setelah berhijrah dalam kurun waktu 18 terakhir, Peggy mengilustrasikannya seperti sedang mengendarai mobil dan tiba-tiba harus berbalik arah hingga mobilnya terguling.

“Ada goncangan batin, awut-awutan dan acak-acakan. Namun saya ingin lahir kembali dalam Islam. Hijrah tentu ada resikonya yang harus kita lewati dengan istiqamah dan niat yang lurus.”

Kalau ada bertanya apa alasan saya berhijrah, saya menjwab hanya karena izin Allah, Nabi gurunya dan Al-Quran pedomannya,” tutup Peggy.

Turut hadir pada acara tersebut, Walikota Banda Aceh, Hj Illiza Saaduddin Djamal SE, Sekda Ir Bahagia Dipl SE, Pimpinan Umum Harian Waspada DR Hj Rayati Syafrin MBA MM, unsur Forkompinda, para Kepala SKPD, pelajar, dan awak media. (zoel m)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *