Ini Masukan Ulama untuk Wisata Islami di Banda Aceh

BANDA ACEH – Dinas Kebudayaan Pariwisata (Disbudpar) Kota Banda Aceh bersilaturrahmi ke Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU), Selasa (10/2/2015) di Badna Aceh. Kunjungan itu sekaligus untuk meminta berbagai masukan pembangunan wisata religi.

Pertemuan berlangsung penuh keakraban di Aula MPU Kota Banda Aceh. Hadir Ketua MPU Banda Aceh, Teungku Abdul Karim Syeh, Wakilnya, Teungku Burhanuddin A Gani, dan serta jajaran pengurus lain. Selanjutnya delegasi Disbudpar Banda Aceh dipimpin langsung kepala dinasnya, Fadhil S.Sos MM, didampingi Kepala Bidang Promosi dan Pemasaran, Hasnanda Putra, Kasi Promosi Budaya, Said Fauzan, dan serta pejabat lain.

Fadhil menjelaskan silaturrahmi ke MPU sekaligus untuk meminta masukan-masukan dari ulama, terkait dengan pembangunan wisata Islami yang digalakkan di Banda Aceh sekarang ini. Serta untuk mewujudkan visi kota madani.

Ketua MPU Banda Aceh, Teungku Abdul Karim Syeh menyambut baik keinginan Disbudpar Banda Aceh yang ingin mewujudkan wisata religi sebagai destinasi khas kota ini. Menurutnya nilai Islami yang membudaya di masyarakat Aceh perlu terus dijaga dan ditingkatkan untuk mewujudkan wisata spritual.

“Pelayanan kepada tamu yang datang harus berlandaskan nilai-nilai syar’i,” katanya.

Lanjutnya lagi, MPU, dalam waktu dekat ini ingin mengajak semua unsur perhotelan, kafe, dan restoran di Banda Aceh duduk bersama pemerintah, untuk membahas konsep pelayanan sesuai syar’I, sehingga wisatawan yang datang terkesan dengan pelayanan khas ini.

Wakil Ketua MPU Banda Aceh, Teungku Burhanuddin A Gani menyarankan, pentingnya menjaga kebersihan toilet-toilet di objek wisata karena kebersihan bagian dari iman. Di lokasi wisata, kata dia, juga penting adanya kamar ganti dan menyediakan pakaian khusus bagi turis-turis yang datang dengan aurat terbuka.

“Di kamar khusus itu nanti mereka memakai pakaian itu.Selanjutnya di objek wisata juga butuh musalla representatif dan info-info bernuansa Islami, sehingga ada nilai dakwah di situ,” jelasnya.

Pengurus MPU lainnya juga menyarankan pemerintah memasang lampu di lokasi-lokasi wisata, agar tak disalah gunakan oleh oknum masyarakat di malam hari. Kemudian di lokasi-lokasi wisata perlu disediakan pemandu yang paham dengan ilmu agama dan sejarah situs cagar budaya.

Para ulama juga menyarankan pelaku jasa transportasi yang sering digunakan turis untuk dilatih bahasa asing serta ilmu agama dan budaya, agar mereka bisa memperlihatkan atau menceritakannya kepada wisatawan. Fadhil menyambut baik sejumlah masukan dari para ulama.

Menurutnya salah satu nilai jual kita sekarang adalah wisata Islami, karena dari sisi kultur, tradisi budaya Aceh memang Islami. Disbudpar Banda Aceh, lanjug Fadhil, kini ingin mengajak semua pihak sadar mempertahankan budaya sendiri dari pengaruh budaya lain. (nawal azka)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *