Ilmuwan Harus Ciptakan Makanan Sehat dan Enak

JAKARTA – Konsumsi makanan cepat saji seakan menjadi budaya bagi masyarakat perkotaan. Sifatnya praktis membuat masyarakat tetap mengonsumsinya meski tahu kandungan jahat yang ada di dalam makanan siap saji.

Namun, Profesor asal University of Queensland, Australia Mike Gidley, tidak ada yang salah dengan konsep makanan cepat saji. Yang harus diperhatikan, lanjutnya, adalah kandungan berbahaya yang ada pada makanan tersebut. Hal itu disampaikan Gidley saat menjadi narasumber dalam “Australia Indonesia Innovative Research Seminar Series: Food Technology Seminar” di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung.

“Tidak ada yang salah dengan fast food. Tetapi tingginya lemak, garam, dan gula di pencernaan dapat berkontribusi menyebabkan penyakit diabetes, penyakit kardiovaskuler, dan beberapa jenis kanker,” ujar Gidley, seperti dilansir dari situs Unpad, Kamis (18/9/2014).

Gidley pun menggambarkan pola nutrisi manusia ke dalam tiga piramida perkembangan, yakni pre agriculture diet, post agriculture diet, dan industrialized diet. Hasilnya, kata Gidley, dalam pre agriculture diet, konsumsi manusia masih bergantung pada sayur, buah, daging dan telur.

“Pada post agriculture diet, konsumsi mulai merambah pada sektor susu, roti, dan aneka makanan yang mengandung lemak, minyak, pemanis, dan garam. Sektor ini diletakkan di puncak piramida,” paparnya.

Sementara dalam industrialized diet, sturktur piramida menjadi tidak berbentuk. Makanan fast food dan buatan yang mengandung lemak, minyak, pemanis, serta garam berada di puncak dan mengalami lonjakan yang cukup signifikan.

Oleh karena itu, kata Gidley, menjadi tantangan bagi para ilmuwan untuk bisa menghasilkan makanan sehat namun terasa enak. Apalagi mengingat Indonesia memiliki komoditas pertanian yang sangat beragam.

“Inilah tantangan terbesar bagi para ilmuwan untuk menciptakan makanan yang enak tetapi dari segi nutrisi termasuk sehat. Indonesia sangat kaya akan komoditas pertanian yang memiliki nilai nutrisi. Ini bisa menjadi tantangan bagi kita untuk mengembangkannya,” imbuh Gidley. (okezone.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *