Aceh Butuh Figur Pemersatu Bukan Tokoh Eks GAM Problem Maker  

Demi kemulian Aceh di dunia, dan keunggulan Aceh di Nusantara maka kelompok yang selama ini menjanjikan kesejahteraan dan merupakan hanya fiktif belaka. Saya minta mereka harus istirahat pada Pilkada Aceh tahun mendatang, mereka harus memberikan kesempatan kepada sosok tokoh muda yang solutif, kreatif, dan inovatif.

Muak dengan beragam propaganda murahan di Aceh, dan menciptakan kebencian sehingga konflik sangat sering terjadi. Untuk sudah selayaknya lah, Kodam IM dan Polda Aceh serius membasmi kasus kriminal di Aceh.  Figur pemersatu sangat dibutuhkan Aceh, bukan tokoh eks inilah eks itulah yang dikenal problem maker di Aceh, mereka harus sadar luka Aceh sudah sangat parah, harus segera disembuhkan.

Beberapa mantan kombatan GAM tidak terima mereka sering dikaitkan atas serangkaian aksi kriminal di Aceh, penyebutan nama GAM dapat diperkecil  mungkin saya perlu memberikan label baru, misalnya:

  1.    Kelompok Aceh Meusiwah, yang mengedepankan penyelesaian secara keras.
  2.    Kelompok Aceh Meuketop, yang mengedepankan kearifan dan keagungan.
  3.    Kelompok Aceh Meupakat, yang menolak konflik namun mengupayakan kesepakatan.

Saya pernah dihubungi oleh beberapa mantan kombatan GAM terkait pernyataan saya menyerukan “Pemuda Aceh Wajib menjaga NKRI”. Namun tidak satupun dari mereka yang mengancam saya, mereka yang menghubungi saya sepakat dengan penjelasan saya.

Status Aceh itu harus jelas, jangan seperti pelambung dilautan lepas. Kata saya kepada mantan GAM yang menghubungi saya terkait berita http://aceh.tribunnews.com/2015/07/24/3-tokoh-eks-gam-siap-bertarung seorang mantan kombatan GAM yang bermosili di Aceh Timur bertanya kepada saya.

Apa pendapat saya mengenai Pilkada Aceh tahun depan, saya sampaikan Jika tokoh eks GAM dapat dijadikan figur pemersatu (solidarity maker) sangat cocok apabila disandingkan dengan calon wakil yang punya tipe administrator. jawab saya.

Namun rakyat Aceh mengenal tokoh eks GAM itu sebagai biang permasalahan sehingga program kesejahteraan rakyat Aceh tertunda-tunda, akibat sibuk mempersatukan tokoh eks GAM yang ribut kekuasaan.

Haram hukumnya menunda kesejahteraan rakyat Aceh, uang yang triliunan rupiah itu untuk mensejahterakan rakyat Aceh, bukan uang cuma-cuma untuk kelompok eks GAM saja. Rakyat Aceh ketika itu (zaman konflik) siap menggelontorkan uang hingga ratusan juta untuk membantu organisasi GAM, karena tujuan GAM untuk mensejahterakan rakyat Aceh, namun apa yang terjadi hari ini ?

Hargailah rakyat Aceh yang rela merogoh kocek dalam-dalam untuk kalian (GAM), bahkan rakyat Aceh pada masa itu siap membayar pajak ganda, setelah membayar pajak kepada Republik Indonesia rakyat Aceh bayar pajak kepada Nanggroe. Dan ‘ntah kemana pajak Nanggroe itu.

Rakyat Aceh tidak berani bicara karena takut kepada senapan serbu yang dirancang oleh Mikhail Kalashnikov rakyat kecil tidak ingin peluru dengan kaliber 7,62 x 39 mm bersarang ditubuhnya, terkait kasus penembakan di Aceh sampai dengan sekarang belum bisa diselesaikan, Kodam IM dan Polda Aceh seperti tidak menginginkan Aceh itu benar-benar aman sentosa. sehingga pembiaran sering terjadi.

Kemampuan TNI di Aceh saya yakini bisa membersihkan kriminal di Aceh, jika memang Polri di Aceh tidak mampu menanganinya, bukankah Polda Aceh itu dikenal piawai dalam penyelidikan, namun Polri di Aceh seperti tidak bekerja.

Pada Pilkada Aceh mendatang saya prediksikan Polisi akan banyak menangani kasus penembakan. dan kalau itu terjadi, Aceh memang diambang kehancuran, pemuda Aceh yang kreatif serta berinovasi mulai pesimis, namun saya optimis Aceh masih bisa diselesaiakan.

Pengungkapan kasus penembakan misalnya, tidak jelas, seperti kasus penembakan pekerja di Aceh, Siapa Yang Bermain di tanoh Rencong sempat diangkat oleh TvOne pada program Indonesian Lawyer Club.  Dan peristiwa itu telah membuat malu warga Aceh yang berdomisili di Pulau Jawa, penebar kebencian harus dikategorikan tindak pidana berat. Potensi konflik menjelang Pilkada Aceh mulai terbaca, intelijen serta instansi terkait harus segera bekerja, saya berharap tidak terulang kembali pembunuhan bermotif politik di Aceh.

Kecewa tidak mendapat dukungan berujung penembakan harus dihentikan, tangkap oknum penembakan di Aceh, cari tahu siapa pemainnya. Mereka selama ini dikenal sebagai pembuat masalah (problem maker) jika mereka menyadari itu sebaiknya mereka memberikan kesempatan kepada figur-figur pemersatu yang well educated. Saran saya kepada tokoh eks GAM istirahatlah, kalian tidak mampu sejahterakan rakyat Aceh. [Teuku Azril, masyarakat Aceh yang berdomisili di Jakarta]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *