75,3 Persen Umat Islam di Aceh Tidak Bisa Membaca Al Quran  

BANDA ACEH – Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013 BPS, sebanyak 53,8 persen umat Islam di Indonesia tidak bisa membaca Al Quran. Kemudian hasil survey Susenas 2013 juga mengungkapkan sebanyak 73,3 persen umas muslim di Aceh tidak bisa membaca Al Quran.

“Sangat sedih sekali, saat kita mengetahui kalau hasil Susenas 2013 BPS yang dipaparkan tadi, sebanyak 75,3 persen umat muslim di Aceh tidak bisa membaca Al Quran. Dan Alhamdulillah pada hari ini kita patut bersyukur karena kedatangan orang-orang saleh ke Banda Aceh untuk membumikan Al Quran,” kata Illiza kepada AcehNews.net, Minggu (25/1/2015) di Banda Aceh.

Illiza berharap, warganya perlu paham bagaimana membaca Al Quran yang benar. Dulu, kata Illiza, orang Aceh di perantauan kerap ditunjuk menjadi imam shalat saat berjamaah. Sekarang identitas itu mulai hilang dan untuk itu kata Illiza, masyarakat muslim di Aceh khususnya di Banda Aceh terus sama-sama berjuang membumikan Al Quran dan mengembalikan indentitas tersebut. Illiza yakin, Insyaallah Islam akan bangkit pada 2024.

“Pada 2009, Dinas Syariat Islam kita melakukan survey tingkat kemampuan membaca Al Quran dari semua tingkatan. Hasil survey, hanya 40 persen yang mampu membaca Al Quran. Setelah itu Pemko Banda menyusun langkah dengan program Diniya.

“Alhamdulillah sekarang tingkat kemampuan membaca Al Quran pelajar kita dari semua tingkatan 98 persen. Pemko terus berupaya mencari metode membaca Al Quran yang mudah diserap dan dipahami,” tutur Illiza.

Ustad Harun Al-Rasyid dari Lembaga Cinta Qur’an Jumat lalu (23/1/2015) berkunjung ke Banda Aceh dan mengupas Metode Tahrir di Pendopo Walikota Banda Aceh. Metode tahrir adalah cara super cepat dan super mudah membaca Al-Quran.

“Allah mejaga Aceh, dengan penerapan Syariat Islam (SI), satu-satunya di Indonesia dan penerapan SI terbaik se-Aceh adalah di Banda Aceh,”sebut Illiza.

Pada sisi lain, Illiza mengungkapkan persoalan lain yang dihadapi yaitu pergaulan dan seks bebas yang kini sangat memprihatinkan karena Aceh menempati peringkat kedua di Indonesia. “Belum lagi aliran sesat yang tercatat 17 aliran di Aceh.  Ajaran sesat mengancam remaja-remaja  kita,” sebut Illiza berbagai persoalan dan tantangan yang dihadapi umat Islam di Aceh.

Dalam menangkal merosotnya akhlak pemuda-pemudi di Banda Aceh, Pemko memiliki strategi dengan dakwah dan memberikan contoh yang baik. Caranya tegakkan Dinul Islam di Banda Aceh, kata Illiza. “Jika kita sendiri sudah baik, orang yang masuk ke daerah kita juga akan menjadi baik,” tutupnya.

Pada kesempatan itu, Illiza juga menyampaikan progres penanganan terhadap sejumlah pengurus Gafatar yang sudah ditahan pihak kepolisian di Polresta Banda Aceh. “Berkas mereka akan segera dilimpahkan ke kejaksaan,” sebutnya lagi.

Illiza berharap dan meminta Pemerintah Aceh agar ikut peduli terhadap persoalan pendangkalan akidah dan penanganan kasus hukum terhadap kelompok Gafatar yang diduga menyebarkan aliran sesat Miliata Abraham. (saniah ls)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *